Jokowi Sebut Batasi Informasi Corona untuk Cegah Kepanikan
Presiden Joko Widodo menjelaskan alasan pemerintah tak membuka seluruh informasi terkait penanganan virus corona. Menurut Jokowi, hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan keresahan dan kepanikan di tengah masyarakat.
“Di saat yang bersamaan, kami tidak ingin menciptakan rasa panik, tidak ingin menciptakan keresahan di tengah masyarakat. Oleh sebab itu dalam penanganan memang kami tidak bersuara,” kata Jokowi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (13/3).
Meski demikian, Jokowi memastikan bahwa pemerintah terus berusaha keras dalam menangani pandemi ini. Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah kontak dekat dengan pasien positif virus corona.
Jokowi mengatakan pemerintah telah melakukan pengawasan dan isolasi terhadap pasien yang diduga terjangkit virus corona. “Tadi telah saya sampaikan tim reaksi cepat telah dibentuk dan dikomandani oleh Kepala BNPB dan disiapkan di rumah sakit tipe A,” kata Jokowi.
(Baca: Masyarakat 'Gerah' Tuntut Transparansi Pemerintah Atasi Wabah Corona)
Ia menambahkan, koordinasi lintas kementerian, lembaga, serta pemerintah daerah terus diperkuat. Bahkan, pemerintah dalam dua bulan terakhir telah mengadakan satu kali rapat paripurna. Pemerintah juga telah mengadakan lima kali rapat terbatas hanya untuk membahas penanganan Covid-19.
“Juga rapat internal sehari bisa dua sampai tiga kali, khusus mengenai virus corona ini,” kata Jokowi.
Selain itu, pemerintah juga terus melakukan koordinasi dengan negara-negara tetangga, salah satunya adalah Singapura. Jokowi mengaku sudah berkomunikasi dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada tiga hari lalu.
Jumat sore, Jokowi akan berkomunikasi dengan Direktur Jenderal WHO untuk mendapatkan informasi mutakhir terkait penanganan virus corona, serta menginformasikan apa saja yang telah dilakukan Indonesia.
(Baca: WNI Positif Corona di Singapura Bertambah Lagi jadi 7 Orang)