BNPB: 477 Bencana Alam Terjadi Sejak Januari 2019
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut sebanyak 477 bencana alam telah terjadi dalam kurun waktu kurang dari 40 hari sejak awal 2019. Dari ratusan bencana tersebut, tercatat ada sekitar 102 korban meninggal dunia, 11 dilaporkan hilang, hingga 164 mengalami luka-luka.
Menurut data BNPB, sejak awal tahun hingga 7 Februari lalu, puting beliung merupakan bencana paling marak terjadi dengan 241 kejadian. Sementara bencana tanah longsor menempati di urutan kedua dengan jumlah 111 kejadian, diikuti bencana banjir mengisi posisi ketiga dengan 110 kejadian.
(Baca: Presiden Minta Sistem Peringatan Dini Bencana Dievaluasi)
Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, meski marak kejadian bencana puting beliung, mayoritas korban bencana yang terjadi berkaitan bencana hidrometeorologi. Salah satu yang terbesar yaitu pada banjir bandang di provinsi Sulawesi Selatan yang menyebabkan 87% dari data korban bencana tersebut meninggal dan menghilang.
"Paling banyak banjir bandang Sulsel," kata Lilik di Jakarta, Jumat (7/2).
Lilik juga menyebut tantangan bencana masih akan terjadi tahun ini, seiring dengan tingginya curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia pada bulan ini seperti di pulau Jawa, Lampung, Sulawesi Tengah, hingga Papua.
(Baca: Banjir Landa 53 Kecamatan di Sulawesi Selatan, 8 Korban Tewas)
Selain itu, potensi gerakan tanah juga cukup tinggi juga diperkirakan masih terjadi di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bengkulu, hingga Kalimantan Tengah. Sedangkan potensi tsunami tertinggi berada di Selatan pulau Jawa hingga Barat pulau Sumatera. Untuk gunung berapi, Gunung Karangetang, Gunung Merapi, hingga Gunung Agung masih menjadi jejeran gunung berpotensi dan sedang mengalami erupsi.
"Lalu Gunung Sinabung juga kami terus awasi (potensinya)," kata Lilik.
Oleh sebab itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo, BNPB akan melakukan sejumlah langkah mitigasi. Hal yang dilakukan antara lain dengan membangun sistem peringatan dini terpadu yang dikoordinasikan Kepala BNPB, simulasi penanganan bencana secara berkala, serta edukasi di wilayah rawan bencana.
BNPB juga menyiapkan penguatan kapasitas masyarakat di sejumlah desa di wilayah rawan bencana dengan program bernama Desa Tangguh Bencana. Dengan begitu, masyarakat desa dapat melakukan evakuasi mandiri apabila bencana terjadi.
"Ada tujuh objek ketangguhan yaitu di hunian, sekolah, sarana kesehatan, pasar, tempat ibadah, kantor, dan objek strategis," kata dia.
(Baca: Libatkan Pakar Geologi, Pemerintah Susun Rencana Mitigasi Bencana)
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengatakan pihaknya bersama Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memonitor gunung yang memiliki dampak vulkanik dan memiliki karakter seperti Anak Krakatau.
Hal ini agar kejadian tsunami selat Sunda tidak terulang kembali. Dari data Badan Geologi, saat ini ada 70 dari 127 gunung api aktif yang saat ini berada dalam pemantauan.
"Ke depan, (Selat Sunda) jadi pembelajaran bagi kami," kata dia.