Strategi Prabowo Mengubah Citra dalam Debat Pilpres 2019

Dimas Jarot Bayu
23 Januari 2019, 07:52
Debat Capres I 2019
Arief Kamaludin | Katadata
Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam Debat Pilpres di Jakarta, Kamis (17/1).

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tampil kurang garang dalam debat Pilpres 2019. Prabowo dinilai sengaja memasang strategi tersebut untuk mengubah citra galak dan temperamental yang selama ini melekat padanya menjadi sosok yang santun dan bijaksana.

Psikolog dan pakar personal branding Dewi Haroen menilai, sikap Prabowo ketika debat merupakan strategi politiknya mengubah citra diri. "Selama ini kan dikatakan Prabowo gebrak meja, keras. Sekarang Prabowo sudah beda, sudah tidak begitu," kata Dewi di Jakarta, Selasa (22/1).

Dewi mengatakan, strategi ini sebenarnya sudah dirancang sejak awal kampanye. Ketika itu, calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno memperkenalkan istilah "The New Prabowo". Istilah ini merujuk pada gaya baru Prabowo yang asyik, cair, mendengar, dan menghormati orang lain.

Citra "The New Prabowo" ini yang ingin ditampilkan Prabowo ketika debat. Jika Prabowo melakukan serangan balik terhadap Jokowi-Ma'ruf, Dewi khawatir Prabowo dapat gagal mengubah citranya. "Kalau menyerang balik, kelepasan, emosinya keluar," kata Dewi.

Strategi tersebut terlihat ketika Prabowo menyampaikan soal penegak hukum yang berafiliasi dengan partai politik. Prabowo dinilai bisa langsung menyebut nama Jaksa Agung M Prasetyo ketika membicarakan hal itu. Prasetyo diketahui merupakan politisi dari Partai Nasdem. Hanya saja hal tersebut tak dilakukannya.

Prabowo pun bisa bercerita banyak kepala daerah yang harus berpindah haluan politik agar tidak tersangkut perkara hukum. Namun, Prabowo enggan melakukan hal tersebut dengan alasan menjaga perasaaan Jokowi-Ma'ruf.

(Baca: Jokowi Gunakan Strategi Menyerang dalam Debat Pilpres 2019)

Dewi pun menilai tak masalah Prabowo kalah dalam debat perdana ini selama citra dirinya di publik tetap terlihat baik. Publik akan menilai wajar kekalahan tersebut karena Prabowo melawan Jokowi yang sudah empat tahun memerintah.

Sebagai petahana, Jokowi tentu memiliki banyak prestasi yang bisa menjadi amunisi dalam debat. Sementara, Prabowo harus mampu membentuk citranya terlebih dahulu agar dapat menarik simpati publik.

Lagipula, masih ada empat debat lagi yang bisa dimenangkan Prabowo ke depannya. "Jadi ini bukan konten verbal, tapi manajemen impresi. Orang tidak melihat kata-kata, tapi gayanya," kata Dewi.

Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said mengakui jika selama ini Prabowo kerap distigmakan sebagai pribadi yang keras. Hanya saja, dia menilai stigma tersebut tak tepat.

Sudirman menilai mantan Danjen Kopassus itu bukanlah seorang pemarah. Bahkan, katanya, Prabowo merupakan sosok yang jenaka dan mudah bergaul. "Pengalaman saya sekian bulan, ini orang (Prabowo) sangat human," kata Sudirman.

(Baca: Debat Perdana Pilpres 2019 Dinilai Antiklimaks)

Reporter: Dimas Jarot Bayu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...