Jokowi Gunakan Strategi Menyerang dalam Debat Pilpres 2019
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) akan menggunakan strategi menyerang dalam Debat Pilpres 2019. Menurut Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, strategi ini dilakukan agar debat tidak membosankan dan bisa memberikan kesan lebih baik di mata masyarakat.
Direktur Relawan TKN Jokowi-Ma'ruf Maman Imanulhaq mengatakan, serangan yang dilakukan Jokowi memang menjadi strategi dalam debat perdana untuk menepis berbagai kabar bohong (hoaks) yang kerap menerpanya. "Pertahanan terbaik adalah menyerang," kata Maman, di Jakarta, Selasa (22/1).
Serangan yang dilakukan Jokowi juga ditujukan agar debat Pilpres 2019 tidak lagi menjadi monoton. Menurut Maman, debat akan membosankan jika pertanyaan dan jawaban yang disampaikan Jokowi datar saja.
Hal itu terlihat ketika Jokowi menjawab pertanyaan mengenai penegakan hukum yang masih tebang pilih. Ketika itu, Jokowi meminta Prabowo Subianto tidak asal tuduh. Dia lantas menepisnya dengan menyinggung kasus hoaks Ratna Sarumpaet.
Serangan Jokowi pun dilancarkan ketika menanyakan adanya inkonsistensi antara susunan pengurus Partai Gerindra dengan kebijakan berperspektif gender dan perempuan yang diusung Prabowo-Sandiaga Uno. Sebab, Jokowi menilai tak banyak perempuan dalam susunan pengurus Gerindra.
Jokowi kembali menghentak ketika menanyakan banyaknya calon anggota legislatif berlatar mantan narapidana kasus korupsi dari partai berlambang kepala garuda itu. Padahal, Prabowo-Sandiaga berjanji untuk memberantas korupsi.
Meski demikian, Maman berdalih serangan yang dilakukan Jokowi dilakukan berdasarkan norma dan etika yang sesuai. "Strategi menyerang adalah bagian yang kami persiapkan supaya debat tidak monoton tapi dengan santun," kata Maman.
Strategi ini bakal kembali diterapkan Jokowi pada debat-debat selanjutnya. Serangan ini, lanjut Maman, akan difokuskan pada penguatan data-data yang akan disampaikan ketika debat.
(Baca: Debat Pilpres Pertama Jokowi Tampil Paling Baik)
Memberi Kesan Lebih Unggul
Psikolog dan pakar personal branding Dewi Haroen menilai strategi menyerang yang dilakukan Jokowi sudah tepat. Serangan itu penting bagi Jokowi lantaran dia merupakan seorang petahana.
Menurut Dewi, petahana harus bisa memberikan impresi lebih baik kepada publik dalam debat perdana Pilpres 2019 ketimbang lawannya. "Petahana itu harus unggul karena dia punya prestasi. Dia harus menang, minimal draw," kata Dewi.
Sementara itu, CEO Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah menilai pertanyaan-pertanyaan Jokowi dalam Debat Pilpres 2019 perdana mampu membuat Prabowo bersikap emosional. "Ia fokus ke Gerindra sehingga menjadi personal bagi Prabowo," kata Eep dalam keterangan tertulis.
Dua pertanyaan Jokowi soal kebijakan perspektif gender dan caleg Gerindra mantan narapidana kasus korupsi bernada agresif sehingga membuat Jokowi terkesan sebagai penantang. Menurutnya, penantang memang perlu menjadi agresif untuk membentuk citra pemimpin yang kuat. Pada 2014, Jokowi memang memerlukannya. Hanya saja, sebagai petahana hal tersebut tidak tepat lagi digunakan dalam Pilpres 2019.
Pasalnya, Jokowi oleh pengkritiknya dianggap sebagai pemimpin yang cenderung keras. "Ada kebutuhan untuk melunakkan kesan ini. Menjadi agresif sama sekali tidak menjawab kebutuhan itu," kata Eep.