Cegah Banjir Lumpur Terulang, Pengeboran Sumur Lapindo Dibatasi
KATADATA - Lapindo Brantas Inc berencana akan kembali melakukan pengeboran di Blok Brantas, Jawa Timur pada Maret 2016. Sumur gas baru yang akan dibor terletak di Desa Kedung Banteng, yang jaraknya hanya 2,5 kilometer dari sumur Banjar Panji yang terkena semburan lumpur.
Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro mengatakan masalah pemboran yang akan dilakukan Lapindo sudah teruji secara teknis dan dinyatakan aman. SKK Migas pun telah menyetujui Lapindo untuk melakukan pemboran di lapangan tersebut.
Meski sudah menyatakan pengeborannya akan aman dilakukan, SKK Migas tetap mewaspadai kejadian yang sama pada 2006 terulang. Makanya dalam pengeboran ini, SKK Migas akan membatasi kedalaman sumur gas yang akan dibor agar banjir lumpur yang terjadi di sumur Banjar Panji dan sumur lainnya tidak terulang lagi.
Untuk mengantisipasi munculnya semburan lumpur, SKK Migas hanya mengizinkan Lapindo mengebor maksimal sedalam 1.000 meter. Lapindo tidak boleh mengebor lebih dalam karena akan berpotensi terjadi semburan lumpur. Pengalaman di sumur Banjar Panji, lumpur menyembur saat sumur tersebut dibor dengan kedalaman 3.000 meter.
“Zona lumpur yang menguap itu berasal dari kedalaman 1.500 sampai 2.500 meter. Kami tidak akan menyentuh zona lumpur itu, jadi aman,” kata Elan kepada Katadata, Jumat (8/1). (Baca: Dua Bukti Kelalaian Bakrie di Lapindo)
Pengeboran kali ini merupakan pengeboran pertama sejak 10 tahun terakhir. Lapindo sudah tidak melakukan pengeboran sejak adanya semburan lumpur panas pada 2006. Pengeboran ini juga merupakan kegiatan pengembangan di Lapangan Wunut. Nantinya, akan ada beberapa sumur gas yang akan dibor. Alasannya jika hanya satu sumur yang dibor tidak akan mencapai keekonomian.
Dia mengatakan rencana pengeboran tersebut sebenarnya sudah diajukan Lapindo sekitar lima tahun lalu. Namun usulan tersebut tidak pernah mendapat izin dari pemerintah daerah dan masyarakat. Masyarakat merasa trauma karena kejadian semburan lumpur panas yang terjadi sebelumnya.
Setelah dibahas selama lima tahun, SKK Migas akhirnya menyetujui rencana tersebut. Alasannya secara teknis pengeboran kali ini akan lebih aman. Di sisi lain, pengeboran ini sangat penting untuk meningkatkan produksi gas.
“Masyarakat masih ada yang takut, tapi kami pelan-pelan memberikan penjelasan pada mereka, walaupun masih ada yang traumatik,” ujarnya. (Baca: Bayar Ganti Rugi, Pemerintah Tegaskan Tidak Bantu Lapindo)
Saat ini, kata Elan, Lapindo sedang mempersiapkan lokasi pengeboran seperti pemasangan pondasi rig. Selain itu kolam penampung lumpur pengeboran juga sudah disiapkan. Pengeboran tersebut akan membutuhkan lahan seluas 4.000 meter persegi. Namun lahan yang dibebaskan seluas satu hektar. SKK Migas menyatakan akan terus melakukan pengawasan dalam pengeboran ini agar sesuai target dan berjalan aman.
Luapan lumpur, menurut laporan audit BPK, terjadi akibat kesalahan teknis pengeboran sumur Banjar Panji-I di Blok Brantas. Semburan lumpur panas ini terjadi sejak 29 Mei 2006 di Dusun Balonggongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Semburan lumpur ini menyebabkan tergenangnya beberapa kawasan pemukiman, pertanian dan perindustrian.
Blok Brantas dimiliki oleh tiga perusahaan dengan kepemilikan saham masing-masing Lapindo Brantas (50 persen), Medco EP Brantas (32 persen), Santos Brantas (18 persen). Lapindo bertindak sebagai operator, sedangkan Medco dan Santos sebagai partisipasi partner. (Baca: Rp 7,6 T Terbenam di Lumpur Lapindo)