Transkrip Rekaman Lengkap Kongkalikong Lobi Freeport

Yura Syahrul
3 Desember 2015, 13:17
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto
Arief Kamaluddin | Katadata

Reza: Signed itu pasti, itu akan segera.

Maroef: Tapi kalau dengar penjelasan Pak Ketua tadi, sayanya enggak begitu jelas. Dari Pak Jokowi ya, enggak jelas.

III. Pembicaraan kemudian beralih ke peluang mendapatkan persetujuan Presiden Jokowi untuk memperpanjang kontrak Freeport. Setya pun memaparkan kedekatannya dengan Presiden dan kalangan istana.

Setya: Kalau Pak Jokowi itu dia, beliau sudah setuju kalau sarannya untuk di Gresik. Tapi berikutnya di Papua. Tapi ada ujungnya-ujungnya, waktu saya makan itu, “Pak Ketua sudah bicara belum Pak Luhut”. Saya disuruh ngadep ke Pak Luhut, ngobrol-ngobrol. Saya langsung tahu ceritanya ini waktu rapat, yang terjadi antara si ESDM dengan Darmo. Kalau menurut saya, memang Pak Presiden itu  ada.... yang mohon maaf ya, ada yang dipikirkan untuk ke depan memang. Kalau dilihat dari.... karena dia dengar Pak Jusuf Kalla itu kan terjadi begitu, makanya selalu menyinggung masak Jusuf Kalla terus. Kalau lihat begitu memang dia.....

Maroef: Ada ganjalan?

Setya: Ada ganjalan. Makanya kita harus menutupi. Gak habis-habis.

Maroef: Mempercantik.

Setya: Mempercantik. Tapi kalau pengalaman kita, artinya saya dengan Pak Luhut, pengalaman-pengalaman dengan Presiden, itu rata-rata 99 persen itu goal semua Pak. Ada keputusan-keputusan penting, kayak Arab itu, bermain kita. Makanya saya tahu. Makanya Bung Riza begitu tahu Darmo, di-maintaince, dibiayai terus itu Darmo habis-habisan supaya belok. Pinter itu.

Maroef: Anu The lobbies.

(Maroef, Setya, Reza ketawa)

Setya: Itulah....

Reza: Pak, Pak. Hubungan Pak Luhut itu dekat sekali dengan Pak Jokowi. Kalau kasih sign beliau keluar, kasih sign, eh beliau kayaknya begini gini, rahasia ya. Ngerti nggak. Paling nggak Pak, kalau saya bilang confirm on, kalau meleset saya habis Pak.

Maroef: Ndak Pak. Kalau meleset komitmen, kalau sudah keluar komitmen tidak akan meleset Pak. Kalau sudah keluar komitmen, seperti saham berapa persen Pak.

Reza: Itu yang saya juga belum, yang belum...

Maroef: Bapak harus jelas juga berapa persen sahamnya. Karena itu bukan uang kecil lho Pak soal saham itu dan nilai aset Freeport itu bukan main. 

Reza: Kedua, nilainya berapa. Sama yang itu kan diambilnya harus untung, biar pinjaman bisa recover.

Maroef: Mungkin harus jelas juga Pak, supaya anunya, perhitungannya lebih jelas juga.

Reza: Bapak itu sudah jalan divestasi, sudah berapa persen?

Maroef: 30 persen yang sudah jalan.

Reza: Yang sudah jalan 9 persen dong.

Maroef: 9,3 persen dipegang BUMN.

Setya: Kalau gak salah itu Pak Luhut sudah bicara.

Reza: Pak Luhut sudah bicara.

Setya: Pak Luhut bicara dengan Jim Bob. Pak Luhut udah ada unek-unek Pak.

Reza: Pak, kalau gua, gua bakal ngomong ke Pak Luhut: janganlah ambil 20 persen. Ambillah 11 persen, kasihlah Pak JK 9 persen. Harus adil, kalau enggak ribut.

Setya: Iya. Jadi kalau pembicaraannya Pak Luhut di San Diego dengan Jim Bob, empat tahun lalu, itu dari 30 persen dia memang di sini 10 persen. 10 persen dibayar pakai dividen. Jadi dipinjemin tapi dibayar tunai pakai dividen. Caranya gitu, sehingga mengganggu konstelasi ini. Begitu dengar adanya istana cawe-cawe, Presiden nggak suka, Pak Luhut ganti dikerjain. Kan begitu. Sekarang kita tahu kuncinya. Kuncinya kan begitu begitu lho hahahaha..... Kita kan ingin beliau berhasil. Di sana juga senang kan gitu. Strateginya gitu lho... Hahahaa

Maroef: Lobbies.

Reza: Untuk pertama kali, berapa yang saya olah. Disampaikan, kalau cawe-cawe kan dia juga kerja di konsultan. Dia kan kalau konsultan datang, dia langsung bikin titik.

Maroef: Ada saya baca..

Reza: Saya punya presentasinya. Habis presentasi sedetail itu, habis itu langsung saya telepon. Tanggal berapa itu.

Setya: Sekarang sudah digarap sama Bung Riza. Hahahaa… Saya tahu Pak..

Maroef: Tanggal 14

Reza: Memang kita tidak mau mencampuri politik. Tapi kenyataannya barrier politik itu ada. Kerjanya cepat..Makanya….dan happy. Kita akan kasih pengertian. Pak Luhut pasti oke karena Pak Luhut gak terlalu gini juga. Kita happy-happy semua Pak. Kalau bapak happy, kita semua juga happy.

Setya: Kita happy Pak kalau Bung Riza yang mengatur.

Reza: Bukan, kita kerja, kita kan sunggung-sungguh kerja ya Pak ya. Ada prospek. Insya Allah, Allah kasih rezeki. Berjalan. Kan masalah banyak di situ. Sampai empat tahun Pak.

Maroef: Nggak setahun saja, ini selesai urusan monster.

Reza: Kalau itu itu bisa sampai 25 tahun,

Maroef: Lama itu Pak. Nggak cuma ini aja Pak. Setiap pembangunan di Papua nanti butuh power tinggal nambah, nambah, nambah Pak.

Setya: Pinter ini dibayar sama itu.

Reza: Menurut saya, cara itu elegan. Freeport yang kontrol, harga dikendali. Freeport bantu cari guarantee, pinjaman. Terus, di sana cicil bagus, bisa kredit guarantee sesuai. Yang enak gitu lho Pak. Freeport yang kontrol, semua jalan semua. Pengendali. Kalau kita bikin CSR ke orang-orang kampung kita bisa. Ada Freeport juga di situ. Itulah Pak, bagus sekali itu. Kalau itu misalnya sama China. Jepang itu lain lagi.

Maroef: Teknologi mau pakai teknologi mana?

Reza: China? Gampang itu Pak.

Maroef: Enggak, kalau begini Pak.

Reza: Dari Cina. Oh bisa.

Maroef: Ini kan perusahaan Amerika, harus dilihat juga. Jangan lupa yang kecil-kecil gitu. Biar strateginya nyambung nanti Pak.

Reza: Turbin dapat kredit ekspor dari sana.

IV. Mereka kemudian membahas komitmen Freeport dalam membangun Provinsi Papua.

Maroef: Itu Pak, smelter Papua sudah ada statement bersama. Pemda Papua akan mencari investor. Statement bersama dihadiri oleh Komisi 7, Ketua DPR, Ketua MPR, ada Menteri ESDM. Statement bersama.

Setya: Yang waktu itu ya..

Maroef: Iya, dan gubernur mendukung pembangunan smelter. Freeport di Gresik. Kalau dia punya smelter jadi, Freeport akan menyuplai konsentratnya dengan perhitungan B to B ke smelter yang sudah ada akan dibangun. Begitu Pak.

Setya: Perjalanan tambah sudah mulus dong.

Maroef: Sudah ada komitmen, Gubernur Lucas itu sudah mengeluarkan statement itu. Cuma kan ada kemungkinan, ini gubernur punya pemikiran bahwa semua smelter semua spesifikasinya sama. Di setiap komoditas mineral itu, mainnya itu beda. Tidak bisa tembaga atau emas itu makan nikel atau bauksit. Di pergi ke China nyari. Teknologinya nikel dan bauksit. Kalau teknologi tembaga emas itu adanya di Jepang. Dia salah langkah Pak. Gitu lho Pak. Makanya dia agak mandek mau membangun smelter. Kan teknologinya beda Pak. Njlimet itu Pak teknologi setelah saya pelajari. Yang top itu teknologinya Mitshubishi.

Reza dan Setya: Ooooooo

Maroef: Untuk smelter, memang gila itu, Jepang memang top. Tidak pakai kimia, tidak pakai kimia, semua fisik. Makanya Freeport itu tidak ada proses kimia dalam pemurnian. Salah langkah dia untuk Papua. Harusnya dia lakukan ini dulu, sudah betul. Bangun dulu Papua secara keekonomian. Bangun dulu infrastruktur Papua secara keekonomian. Jangan bangun smelter dulu di depan. Bagaimana mau bangun smelter kalau enggak ada listrik, enggak ada pelabuhan, enggak ada jalan, enggak ada air bersih, enggak ada  gas. Mahal Pak. Bangun dulu nilai keekonomian. Makanya itu Keppres-nya sudah betul. Makanya Bappenas, sudah cocok itu. Bangun dulu infrastruktur, bangun pabrik semen, pabrik pupuk.

Setya: Sudah Pak. Kemarin itu saya diarahkan sama Bu Rini, Menteri ESDM. Jadi nanti itu ditunjuk di Bintuni. Bintuni itu arealnya 6.000 hektare. Itu dibuat di sana itu pabrik pupuk, Antam (Aneka Tambang) juga di situ, pelabuhan bukan hanya Sorong Pak tapi di situ. Sehingga ini sebenarnya untuk menunjang perekonomian itu. Ini lagi mulai pembuatan-pembuatan itu yang pihak Dirut Antam, Pak Budi, ketemu saya waktu itu. Memang betul sedang membuat. Gasnya selain gasnya itu dari apa itu yang di sana…

Maroef: Tangguh

Setya: Tangguh, tetapi juga dari Malaysia, dari Ginting. Mereka dapat itu. 

Reza: Genting, Genting...

Setya: Genting.

Reza: Benar itu Pak. Ada 5 TCf cadangan di Papua. Itu yang akan disuplai ke tempatnya Bapak.

Maroef: Bintuni kalau mau membawa nanti konsentratnya dari Timika, coba dilihat kondisi geografisnya Pak, bagimana berapa cost delivery-nya. Faktor cuaca melalui laut. Kalau lewat darat, wah pembangunannya gila berat, very costly. Bapak harus lihat line cost-nya, garis pantainya untuk membawa konsentrat dari Timika ke situ.

Setya: Yayaya...

Maroef: Kenapa tidak dari Timika dibawa ke Gresik. Karena line cost-nya gampang. Kalau mau dibawa ke Papua harus lihat dari garis pantai.

Reza: Ooo geografi dengan cost-nya ya.

Maroef: Harus lihat itu Pak, modal.

Reza: Kalau begitu, tidak ada jaminan pupuk bangun, tidak ada jaminan semen bangun. Sehingga revisinya. Makanya gandeng kita. Mau bangun enggak, gitu. Tapi kalau di-pressing nggak ada semua. Orang yang ngasih duit ke Freeport, sudah pasti oke, sudah pasti dibeli nih.

Maroef: Off taker-nya banyak.

Reza: Banyak off taker-nya.   

Setya: Iya purchasing guarantee.

Maroef: Harus integreted Pak. Susah ini pak.

Reza: Kalau orang mau menggaransi, off taker baik pasti bangun pabrik pupuk. Bangun di sana.

Maroef: Itu nanti menjual hasil konsentrat itu secara internasional juga harus dipikirkan market-nya

Setya: Kalau semen itu Pak, pada akhirnya bisa dibangun di situ gak, di Timika? Kalau seandainya Presiden sudah setuju, sudah, Pak Ketua kita di sini. Tapi harus janji di Timika, sesuai permintaan itu bangun pabrik semen di sana.

Maroef: Pak, masalah lahan di Papua itu juga masalah besar. Masalah hak ulayat itu susah. Pak Riza mau bangun di sana, berhubungan sama yang punya, Pak Riza sudah bayar. Nanti pamannya datang kamu bayar ke dia, saya mana. Datang lagi keponakannya. Itu yang bikin perang suku Pak.

Reza: Itu mirip di Padang. Sama kalau di Padang.

Maroef: Kepastian hukumnya tidak ada. Ada kebon sawit besar bagus cantik udah jadi Pak. Tiba-tiba ditutup sama gubernur, katanya merusak alam. Kasihan Pak buat investor. Itu orang nggak jadi males menginvestasi.

Reza: Provinsinya Dajjal.

Maroef: Betul Pak, zamannya Dajjal.

Reza: Sama Pak. Gila itu. Itu waktu Riza mengondisikan ngurusi gula, sudahlah begini begini, dia sudah kuasai lahan Pak, pada waktu itu. Beda kongsi. Gua ketawa aja. Makan dulu, kalau sudah jalan 5 tahun baru saya ambil.

Maroef: Diganggu?

Reza: Ya enggaklah. Dia juga memulai itu jalan pelan-pelan sekarang. Miliknya Antam. Akhirnya dia bikin pabrik gula di NTT. Hmm begitu

Maroef: Hati-hati Pak. Betul Pak.

Setya: Ngeri, makanya bolak-balik situ.

Reza: Tentara.

Maroef: Saya sudah dari 1983 sudah ke Papua.

Setya: Oh oke

Maroef: Saya sudah tahu Papua, bagaimana antropologinya. Hati-hati Pak, gak semudah itu. 

Setya: Yayayaa. Percaya Pak.

Maroef: Gak semudah itu Pak, Papua. Mengedukasi mereka untuk merasa bahwa mereka akan dibangun untuk kesejahteraan mereka, tidak mudah Pak. Cost-nya tinggi Pak, betul. Kita bangun sekolah, minta dibangun rumah sakit. Tapi kalau ajak pers, hormat bapak. Masak kita sinterklas terus.

Reza: Itu ya Freeport pernah bangun pagar yang bagus, yang indah itu buat di gedung. Itu yang bikin perusahaan gua. Punya pabrik di Bandung. Itu besinya di bawa pakai pesawat ke sana. Pegawai saya dibawa pakai pesawat. Gak tahu masih ada apa enggak sekarang. Loe bayangin, tukang-tukang gua naik pesawat.

Maroef: Anu itu memang soal sikap mental Pak.

Reza: Sadis itu, memang tidak gampang.

Maroef: Kalau mau pembebasan lahan itu tidak mudah lho pak. Kalau tidak salah itu tiga kabupaten untuk  PLTA itu.

Reza: Kalau itu mudah-mudahan bisa cepat. Karena…

Maroef: Yang anti sama gubernur juga banyak lho pak. Yang dulu sakit hati sama gubernurnya sekarang sudah mulai kuat lho Pak.

Reza: Oya...?

Maroef: Iya. Wagub itu belum tentu bisa jalan sama gubernurnya.

Setya: Papua sama Papua Barat?

Maroef: Papua. Coba tolong dimatangkan mengenai saham.

V. Pembicaraan ketiga orang tersebut kembali beralih ke skenario pembagian saham terkait rencana perpanjangan kontrak Freeport. Saat membahas soal itu, nama Luhut pun sering disebut. Bahkan, Reza sempat menyatakan Presiden Jokowi akan jatuh kalau menghentikan kontrak Freeport.

Reza: Yang saham. Soal saham itu, saya bicara ke Pak Luhut. Kita sudah bicara. Weekend saya ketemu. Biar Pak Luhut yang bicara ke Bapak.

Setya: Biar cepat selesai.

Reza: Kan ini long weekend.  Hari minggu nanti, saya temui Pak Luhut, bisa minggu malam. Biar Pak Luhut cek dan kita…. Saya yakin itu.

Setya: Presiden sudah dikasihkan ke Pak Luhut itu berapa kali. Si Darmo, kalau bapak denger cerita di dalam. Apa yang kita inginkan bisa, presentasi ke Presiden tiap hari.

Reza: Kalau memang gawat keadaannya, saran saya jika mau malam Sabtu atau malam Minggu.

Setya: Besok?

Reza: Why not. Pak Luhut oke. Kita ketemu sama Pak Maroef, hari Minggu malam. Kita ngumpetlah. Seeeeeeeet dia action minggu depan. Nggak lama Pak. Next week, two wee

Halaman:
Reporter: Muchamad Nafi, Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...