Penjualan Hewan Kurban Idul Adha Tahun Ini Diramal Turun 50%

Image title
28 Juli 2020, 06:00
penjualan hewan kurban, idul adha, pandemi corona,
ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/pras.
Dokter mengecek kondisi kesehatan domba di pusat penjualan hewan kurban di Umbulharjo, Yogyakarta, Senin (27/7/2020). Penjualan hewan kurban Idul Adha tahun ini diperkirakan turun 50%.

Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) memperkirakan volume penjualan sapi diperkirakan turun 30-50% saat Idul Adha tahun ini. Hal ini disebabkan lantaran daya beli masyarakat masih rendah imbas pandemi corona.

Sekretaris Jenderal PPSKI Rochadi Tawaf mengatakan, kondisi serupa pun terjadi pada penjualan kambing dan domba. Umat Muslim yang berencana beribadah kurban cenderung memilih hewan ternak yang lebih kecil dibandingkan dengan hewan ternak yang besar.

"Untuk volumenya akan menurun, tapi dari segi permintaan sebetulnya masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya," kata Rochadi kepada Katadata.co.id, Senin (27/7).

Selain daya beli yang masih rendah, situasi itu juga dipengaruhi dengan adanya aturan dari Kementerian Agama, Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah yang meminta pemotongan hewan kurban dilakukan pada Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang telah difasilitasi dengan penerapan protokol kesehatan.

Sedangkan di masjid-masjid saat ini banyak yang menutup layanan pemotongan kurban. Alhasil RPH kebanjiran pesanan dan bahkan tidak sanggup melayani masyarakat.

Orang yang akan berkurban pun memilih menunda kurbannya. "Serba kebetulan saja Idul Adha di hari Jumat sehingga orang mau potong di RPH jadi mundur karena waktunya pendek," kata dia.

Lebih lanjut, Rochadi memastikan Idul Adha tahun ini tidak ada kenaikan harga daging sapi maupun harga sapi per ekornya. Kendati demikian, ia mengkhawatirkan banyaknya sapi-sapi impor yang saat ini bisa digunakan sebagai hewan kurban dapat mengganggu kelangsungan bisnis bagi para peternak sapi lokal.

"Harus ada intervensi harga lagi karena ini gairah berusaha sudah terkompetisi oleh ternak-ternak impor, itu yang berbahaya," kata dia.

Adapun berdasarkan hasil studi Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) potensi ekonomi dari kegiatan kurban secara nasional pada tahun ini mencapai Rp 20,5 triliun. Potensi ini berasal dari proyeksi 2,3 juta umat muslim yang mampu berkurban. 

Peneliti IDEAS Askar Muhammad menjelaskan, proyeksi tersebut bersumber dari perkiraan 62,4 juta keluarga muslim. Dari jumlah tersebut, 9% atau 5,6 juta di antaranya masuk kelompok kelas menengah atas dengan pengeluaran per kapita diatas Rp 2,5 juta per bulan. 

“Dari 5,6 juta keluarga muslim sejahtera ini, kami perkirakan 40% di antaranya melakukan ibadah kurban, dengan asumsi satu keluarga berkurban satu hewan kurban,” katanya dalam diskusi daring pemaparan hasil riset IDEASTalk dengan tajuk ‘Ekonomi Kurban 2020’ di Jakarta, Rabu 15 Juli 2020. 

Dari 2,3 juta umat muslim yang diperkirakan mampu berkorban, diperkirakan terdapat 1,9 juta ekor kambing atau domba, dan 452 ribu ekor sapi yang akan dikurbankan. Dengan asumsi keuntungan perdagangan dan pengangkutan hewan ternak mencapai 20%, serta harga rata-rata kambing di tingkat produsen Rp 1,9 juta per ekor dan sapi Rp 15 juta per ekor, nilai ekonominya mencapai Rp 20,5 triliun.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...