Potensi Ledakan Klaster Keluarga, Tanda Lemahnya Isolasi & Tes Corona
Munculnya klaster corona di tingkat keluarga mulai jadi perhatian banyak pihak. Bahkan Presiden Joko Widodo dalam Sidang Kabinet Paripurna hari Senin (7/9) sampai meminta kelompok penularan ini diwaspadai.
Dalam Sidkab, Jokowi mengingatkan para menteri agar mewaspadai klaster keluarga, perkantoran, serta Pilkada 2020. Hal ini disampaikan agar bawahannya tak lengah apalagi saat ini pemerintah fokus menangani penularan di ruang publik.
"Di klaster keluarga karena kita sampai di rumah merasa aman justru di situ harus hati-hati,” kata Jokowi.
Kekhawatiran Jokowi memang beralasan lantaran klaster keluarga ini mulai muncul di beberapa daerah. Bahkan di Kota Bekasi, Jawa Barat, ada 155 keluarga yang dinyatakan positif terkena Covid-19.
Sedangkan angka klaster keluarga di Kota Bogor hingga Agustus lalu mencapai 48. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto pekan lalu mengatakan lonjakan kasus corona di Kota Hujan sebesar 215% bulan lalu ditopang penularan di tataran rumah tangga. “Terapkan protokol kesehatan. Setelah sampai rumah segera membersihkan diri,” kata Bima.
Tak hanya di Pulau Jawa, kasus penularan di tingkat rumah juga muncul di wilayah lain seperti Maluku. Pemerintah Provinsi Maluku saat ini menelusuri potensi meledaknya kasus corona rumah tangga usai 50 orang di lingkungan Kantor Gubernur Maluku positif terinfeksi Covid-19.
“Terutama di Kota Ambon, sehingga perlu menelusurinya dalam rangka memutus rantai penyebaran,” kata Ketua Harian Gugus TugasPercepatan Penanganan Covid-19 Maluku, Kasrul Selang, Senin (7/9).
Aparat juga telah mengendus potensi merebaknya penyebaran Covid-19 di tingkat keluarga. Oleh sebab itu mereka meminta antar anggota keluarga dapat saling menjaga agar tak tertular penyakit pernapasan tersebut.
“Sayangi keluargamu dengan patuh protokol VDJ yaitu ventilasi, durasi, dan jarak. Kemudian usahakan beraktivitas di luar rumah untuk hal yang esensial saja," ujar Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Rachmat Hendrawan. Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah dengan kasus Covid-19 tinggi yakni 8.837 orang.
Di beberapa daerah lainnya, klaster keluarga juga mulai bermunculan.
Sinyal Lemahnya Isolasi dan Tes
Penularan corona di tingkat keluarga juga menjadi sorotan pakar kesehatan. Ahli epidemilogi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menduga munculnya klaster keluarga ini berkaitan dengan kondisi isolasi mandiri yang tak ideal.
Kondisi ini rentan terjadi di lingkungan padat penduduk seperti perkotaan. Oleh sebab itu pemerintah diminta benar-benar menyiapkan tempat isolasi yang aman. “Wisma Atlet, Gelanggang Olah Raga (GOR) atau di wisma milik pemerintah bisa,” kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (7/9).
Faktor lainnya adalah tidak terdeteksinya seseorang yang sebenarnya telah terjangkit Covid-19. Oleh sebab itu Miko meminta pemerintah pusat dan daerah memacu tes lebih masif lagi agar tak ada lagi orang tanpa gejala corona di tengah masyarakat. “Deteksi kasus sebanyak-banyaknya,” kata Miko.
Pendapat Miko ini juga diamini Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Mereka menyatakan munculnya klaster keluarga merupakan pertanda Covid-19 telah menembus benteng terakhir masyarakat yakni rumah.
“Ini perlu respons serius agar orang bisa stay at home, hindari tempat yang ramai,” kata Anggota Bidang Kesekretariatan, Protokoler, dan Public Relations IDI Halik Malik
Selain tes dan isolasi, Halik meminta pemerintah menelusuri kasus lebih banyak di keluarga. Ini lantaran pola tempat tinggal keluarga di Indonesia berbeda dengan negara lain.
“Di Indonesia ini satu rumah bisa dihuni tiga generasi, artinya potensinya lenih tinggi dibanding yang hanya keluarga inti,” ujar Halik.