Capaian Target Pencegahan Stunting Terancam Covid-19
Tantangan Indonesia menghadapi stunting dan mencapai target angka prevalensi stunting turun menjadi 14 persen pada 2024, makin berat akibat pandemi covid-19.
Padahal, melalui upaya percepatan penurunan stunting yang dilakukan sejak 2018, sudah ada perbaikan. “Pada 2018 sebesar 30,80 persen, kemudian menurut hasil survei status gizi balita Indonesia tahun 2019, angka ini mengalami penurunan menjadi 27,7 persen” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga Regional Summit Sesi Webinar Strategi Mencegah Stunting di Tengah Pandemi Selasa, 3 November 2020. Global Nutrision Report (2018) mencatat pervalansi stunting Indonesia pada peringkat 108 dari 132 negara. “ Sedangkan di Kawasan Asia Tenggara prevalansi stunting Indonesia, tertinggi ke-2 setelah Kamboja,” lanjut Ayu Bintang.
Iing Mursalin, Program Lead Manager Tim Percepatan Pencegahan Stunting (TP2AK) Setwapres menjelaskan ada empat faktor yang menyebabkan pencegahan stunting terpengaruh darurat covid 19. “Partama terjadinya alokasi pemotongan aggaran program, ini terjadi dari tingkat pusat hingga daerah, bahkan ke tingkat desa,” katanya. Tiga faktor lainnya, adalah terhentingya posyandu hingga layanan ibu hamil akibat kebijakan jaga jarak, melemahnya daya beli yang berpengaruh pada pemenuhan gizi, dan kenaikan harga pangan.
Hasil pembahasan dengan Bank Dunia disimpulkan, jika darurat covid-19 berlangsung berlarut-larut, berisiko terhadap gagalnya pencapaian target penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024. “Karena akan mempengaruhi seberapa lama layanan kesehatan ditunda, dan bantuan sosial bisa diberikan,” tambahnya. Meski demikan kata Iing, Pemerintah tetap berkomitmen pencegahan stunting tetap menjadi prioritas nasional.
Langkah Daerah
Berbagai upaya dilakukan termasuk oleh pemerintah daerah dalam menekan angka stunting. Salah satu Kabupaten yang cukup agresif menurunkan angka stunting adalah Kabupaten Bantaeng. Saat ini angka stunting di Banteng di posisi 21 persen (2018) turun dari angka 42 persen lebih dalam lima tahun (2013). Dr. Ilham Syah Azikin M.Si., Bupati Bantaeng mengatakan, tahun 2019 menerbitkan Peraturan Bupati Bantaeng No 71 tentang Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting. “Ini menjadi komitmen kami, yang kami harapkan menjadi payung bagi seluruh perangkat daerah harus bertanggung jawan terhadap isu stunting ini,” jelasnya.
Perbub, kata Ilham dilakukan untuk membuat intervensi kebijakan hingga tingkat desa. “Pemanfaatan dana desa, mulai dari perumusan kebijakan perencanaan, kegiatan di tingkat desa, sampai dengan pemanfaatan anggaran, harus secara aktif dan nyata ikut dalam penanganan stunting,” lanjut. Program ini menurut Ilham disertai supervisi untuk memastikan pelaksanaanya di lapangan. Selain, itu Dinas Kesahatan setempat menurut Ilham juga membuat sejumlah inovasi seperti program sertifikat ASI eksklusif dan Bendera Saskia ( Satu Bendera Satu Sasaran KIA). Inovasi tesebut bertujuan untuk lebih melibatkan dan memotivasi masyarakat.
Kabupaten Sumbawa Barat juga mengeluarkan sejumlah kebijakan daerah untuk mencegah dan menangani stunting. Kepala Dinas Kesehatan Sumbawa Barat H Tuwuh S. A P mengatakan tahun 2018 angka stunting di Sumbawa Barat 18,3 persen atau terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tuwuh mengatakan isu stunting dijadikan isu lintas sektor di wilayahnya, tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan. “Termasuk ketika ada kegiatan membangun 6.700 jamban, semua dilibatkan” katanya. “Kita tahu kesehatan lingkungan menyumbang sangat tinggi untuk stunting.”
Sementara itu Prof Hardinsyah, Ketua Pergizi Pangan dan Ketua Asosiasi Nutrisi Sedunia menyarankan untuk mendukung pencegahan stunting pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan jenis dan kecukupan pangan bergizi dalam program bantuan sosialnya, khusus untuk kelompok sasaran. Kelompok sasaran tersebut adalah ibu hamil, baduta, bayi di bawah enam bulan. Asupan bergizi yang bisa diberikan adalah ikan dan telur, bukan tablet tambah darah. “Tablet tambah darah itu kecil perannya sama stunting, serius,” kata Hardinsyah.