Studi: Penderita Demensia Lebih Berisiko Terpapar Covid-19
Penderita demensia berisiko lebih tinggi tertular virus corona. Selain itu, pasien demensia juga cenderung mengalami gejala yang lebih berat jika terinveksi Covid-19.
Kesimpulan tersebut merupakan hasil studi Case Western Reserve University di Ohio, Amerika Serikat. Para peneliti meninjau catatan kesehatan dari 61,9 juta orang dewasa di AS dan menemukan bahwa penderita demensia memiliki risiko tertular Covid-19 dua kali lebih tinggi dibanding masyarakat pada umumnya.
Demensia merupakan penyakit penurunan fungsi otak yang memengaruhi daya ingat dan memori, lantas menyebabkan perubahan perilaku pada penderitanya. Penyakit ini umumnya menyerang lansia atau yang berusia 65 tahun ke atas, tetapi ditemukan juga beberapa kasus pada usia di bawah 60 tahun.
Dikutip Forbes, orang dengan demensia memiliki risiko lebih tinggi tertular virus corona karena mereka cenderung melupakan protokol kesehatan. Dengan penurunan daya ingat membuat mereka kesulitan untuk memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Padahal, Gerakan 3M itu penting untuk mencegah penularan virus corona.
Untuk mengatasinya, anggota keluarga atau perawat ODD perlu mencontohkan protokol tersebut secara langsung dan melakukannya bersama dengan penderita demensia. “Ini berkaitan dengan perilaku. Misalnya, ketika mau makan, ada caregiver yang menerapkan cuci tangan bareng sehingga membuat ODD terbiasa dengan pola itu,” kata Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia Michael Dirk Maitimoe dalam webinar ‘Orang dengan Dementia Rentan Terpapar Covid-19 yang ditayangkan melalui kanal digital Katadata.co.id pada Jumat (26/2).
Temuan lain yang dipublikasikan oleh Alzheimer's & Dementia: The Journal of Alzheimer's Association itu adalah bahwa para pasien demensia yang terinveksi Covid-19 cenderung mengalami gejala yang lebih berat. Bahkan, lebih dari 20% pasien Covid-19 dengan demensia meninggal dunia.
Salah satu penyebabnya, penderita demensia positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit terkadang tidak bisa mengontrol emosi. Mereka terkadang menolak minum obat sehingga membuat tenaga kesehatan kesulitan merawatnya.
Kalaupun tak tertular virus corona, menurut Michael, pandemi Covid-19 turut memberikan dampak buruk bagi penderita demensia. Sebab, komunikasi langsung dengan keluarga dan aktivitas yang bisa mereka lakukan menjadi terbatas.
Hal itu berpotensi meningkatkan rasa stres dan kesepian. “Orang dengan demensia akan lebih stres (di masa pandemi) karena ada penurunan sisi kognitif, ditambah tidak ada aktivitas yang bisa mereka kerjakan,” katanya.
Ia pun menganjurkan anggota keluarga tetap menjalin komunikasi yang rutin dan menyediakan beragam aktivitas yang bisa dilakukan penderita demensia selama pandemi. Hal ini bertujuan menghindari stres dan kesepian pada penderita demensia, juga menekan laju penurunan fungsi otak.
Berdasarkan laporan dari London School of Economics dan University College London pada Agustus 2020, sebanyak 25% dari total kematian Covid-19 di Inggris merupakan penderita demensia. Sementara itu, Indonesia belum memiliki data penderita demensia yang terpapar maupun meninggal akibat virus corona.
Penyebabnya, lansia yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia langsung ditangani dari segi kesehatan, tanpa screening atau deteksi awal terkait demensia.
Bagaimanapun, angka kematian akibat Covid-19 paling banyak dialami oleh penderita berusia di atas 60 tahun. Simak Databoks berikut:
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan