Mengenal Varian Delta, Mutasi Baru Covid-19 yang Memicu Lonjakan Kasus
Delta, varian baru Covid-19, jadi perhatian dunia karena dapat menginfeksi lebih cepat. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan varian ini telah menginfeksi 80 negara di dunia.
Lonjakan kasus selama sepekan terakhir di Indonesia juga karena varian ini. Nama ilmiahnya adalah B.1.617.2 dan pertama kali muncul di India pada Oktober 2020.
Dilansir dari New York Magazine, varian Delta memicu gelombang pandemi corona di berbagai negara. Para ilmuwan dari India menyebutkan, varian ini 50% lebih menular daripada Alpha atau varian pertama virus corona.
Kehadirannya sudah masuk sebagai variant of concern oleh WHO. Ini artinya Delta dapat meningkatkan penularan atau meningkatkan keparahan.
Selain itu, Delta dapat menurunkan efektivitas tindakan kesehatan dan sosial masyarakat, diagnosis, dan terapi. Varian ini harus menjadi perhatian karena mengancam kesehatan global.
Varian Delta kini telah bermutasi memunculkan Delta Plus alias AY.1. Virus ini ditemukan pada enam genome di India pada 7 Juni 2021 Varian ini dinilai cukup mengejutkan. Mutasinya terjadi lebih cepat dari yang diduga para ilmuwan.
Apa Gejala Varian Delta Covid-19?
Dihimpun dari The Guardian, Profesor Epidemiologi Genetik King’s College London Tim Spector mengungkapkan, gejala varian Delta menyerupai flu berat. Gejala umum lainnya adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek dan demam.
Batuk menjadi gejala paling umum kelima, sedangkan hilangnya penciuman tidak masuk 10 besar gejala. “Covid-19 sekarang berbeda, dia lebih menyerupai flu yang parah. Orang-orang mungkin berpikir hanya mengalami flu musiman dan mereka tetap pergi ke pesta. Kami pikir ini menjadi masalah,” kata Spector, Senin (14/6).
Profesor Kedokteran Darurat dan Kesehatan Internasional Johns Hopkins Universiy Bhakti Hansoti menemukan gejala tambahan lain. Di antaranya, sakit perut, hilangnya selera makan, mual hingga muntah, nyeri sendi dan gangguan pendengaran. Akan tetapi masih dibutuhkan lebih banyak penelitian klinis untuk memastikan hal ini.
Varian Delta Dapat Ditangani dengan Vaksinasi?
Dilansir CNBC International, WHO percaya vaksin yang tersedia saat ini dapat memberikan beberapa perlindungan. Kehadirannya dapat menimbulkan respons imun yang melibatkan berbagai antibodi dan sel.
WHO menyebutkan, perubahan atau mutasi pada virus seharusnya tidak berdampak pada efektivitas vaksin. Tetapi, jika nantinya berdampak, vaksin dapat dimodifikasi untuk melawan dengan lebih baik.
Organisasi itu mengimbau cara terbaik untuk memperlambat penyebaran varian Delta adalah menghentikan penyebaran virus pada sumbernya. Masyarakat harus tetap mematuhi protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker, cuci tangan, jaga jarak fisik, hindari tempat ramai dan vaksinasi. Ini adalah praktik terbaik untuk mengurangi penularan dan memperlambat mutasi.
Menginfeksi Lebih dari 80 Negara
WHO mengungkapkan varian Delta telah terdeteksi di lebih dari 80 negara dan terus bermutasi. Varian ini lebih mudah menginfeksi anak-anak. Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) melaporkan, adanya peningkatan kasus Covid-19 pada anak-anak.
Pemerintah India telah mengonfirmasi terdeteksinya mutasi pada varian Delta yang muncul bernama Delta Plus pada Selasa lalu. Varian ini berkontribusi besar terhadap gelombang kedua Covid-19 di negara tersebut.
Negeri Bollywood masih akan mempelajari lebih lanjut varian baru tersebut. Sejalan dengan itu, jumlah kasus Covid-19 di India cenderung menurun. Dari puncaknya pada Mei lalu di 400 ribu kasus, menjadi sekitar 60 ribu kasus pada saat ini.
Varian Delta di Inggris
Selain India, Delta juga telah menjadi varian dominan di Inggris. Virus ini menjadi penyebab sebagian besar infeksi baru di Inggris.
Dilansir CNBC International, lonjakan kasus didominasi kalangan anak muda dan yang tidak divaksinasi. Rawat inap pada kelompok tersebut mengalami peningkatan.
Penyebaran varian Delta juga telah mendorong Inggris untuk menunda pelonggaran pembatasan Covid-19 lebih lanjut. Pemerintah Inggris berharap program vaksinasi dapat menghentikan penyebaran varian Delta.
Analisis dari Public Health England yang dirilis pada Senin lalu menunjukkan, dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech atau Oxford-AstraZeneca sangat efektif untuk varian Delta .
Varian Delta di Singapura
Dilansir Reuters, pihak berwenang Singapura pertama kali melaporkan munculnya varian Delta secara lokal pada awal Mei 2021. Singapura melakukan pengurutan genom virus untuk semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Tidak seperti beberapa negara yang biasanya mengurutkan proporsi infeksi yang lebih kecil.
Pada Mei 2021, terjadi peningkatan kasus Covid-19 di Singapura. Termasuk yang terkait dengan varian Delta. Negeri Singa akhirnya mendorong untuk memperketat pembatasan pertemuan sosial.
Sejak diperketatnya pembatasan tersebut, infeksi Covid-19 turun menjadi hanya 2 kasus pada Rabu pekan lalu, terendah sejak awal Mei. Ada kemungkinan pembatasan pertemuan sosial di Singapura akan dilonggarkan.
Penyumbang bahan: Alfida Febrianna (magang)