Dijuluki "Bapak Oksigen", Arief Harsono Wafat Usai Bantu Jutaan Nyawa
Pandemi Covid-19 di Indonesia semakin mengganas dan merenggut banyak nyawa. Yang terbaru, Pendiri Samator Group Arief Harsono meninggal dunia setelah berjuang melawan Covid-19.
Pria yang dikenal sebagai Bapak Oksigen Indonesia itu menghembuskan napas terakhir pada Jumat (2/7), sekitar pukul 21.30 di Rumah Sakit Adi Husada, Surabaya.
"In our heart forever and always. Seluruh putra putri Samator Group mengucapkan turut berduka cita atas berpulangnya Bapak Arief Harsono, Founder & CEO Samator Group," demikian kabar duka diunggah di sejumlah akun media sosial perusahaan miliknya, Samator Group.
Arief Harsono dikenal sebagai arsitek utama yang membuat Samator Group, perusahaan di bidang gas industri itu tetap bertahan selama lebih dari 45 tahun. Arief juga yang menggagas produksi Oxican Oxigen, oksigen dalam kaleng yang kini banyak diburu masyarakat untuk mengurangi gejala Covid-19.
Samator dikenal sebagai produsen oksigen terbesar dengan jaringan terluas di Indonesia. Melalui perusahaan dibentuk sejak 1975 ini, Arief membangun lebih dari 50 pabrik oksigen dengan produksi 800 juta ton setahun, serta 100 pos pengisian oksigen.
Tujuannya hanya satu, demi memenuhi permintaan pasar dan kebutuhan masyarakat, termasuk di daerah yang secara komersial tidak menguntungkan.
Pada akhirnya, Samator Grup tumbuh menjadi perusahaan dengan karyawan lebih dari 3.000 orang dan aset triliunan rupiah. Pada 2004, Samator bahkan berekspansi usaha secara agresif dengan mengakuisisi PT Aneka Gas Industri.
Arief juga dikenal sebagai pengusaha yang memiliki jaringan pertemanan yang luas dan aktif berorganisasi. Terbukti, ia menduduki jabatan tinggi di beberapa organisasi. Beberapa di antaranya, Ketua Umum Asosiasi Gas Industri Indonesia, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DPP Jatim, Ketua DPP Majelis PBMI, dan Ketua Pengurus Pusat LPTGN.
Tak hanya aktif dalam organisasi bisnis, Arief juga bergelut dalam olah raga voli. Terbukti, ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Umum IV PBVSI. Ia juga mengabdikan dirinya pada organisasi keagamaan, dengan menjadi Ketua Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Ketua Umum DPP Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), dan Ketua Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Maitreyawira.
Arief bukan cuma mahir dalam berbisnis, ia juga fasih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kebhinekaan. Hal itu tercermin dari upaya Arief membangun puluhan vihara, dan membantu berbagai organisasi agama. Ucapan bela sungkawa pun datang dari lintas agama. Salah satu yang datang pertama adalah dari Yaqut Cholil Qoumas, bukan sebagai Menteri Agama, melainkan sebagai Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor, Nahdlatul Ulama.
Pendiri Group Tancorp Abadi Nusantara, Hermanto Tanoko menyampaikan Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh pengusaha gas terbesar di Indonesia. Ia mengungkapkan kesedihan dalam akun media sosialnya.
“Kita telah kehilangan seorang pahlawan yang telah berjibaku memenuhi keperluan oksigen di Indonesia. Berkat kegigihannya, Indonesia sudah mandiri di bidang oksigen,” ujar Hermanto dalam lama media sosialnya.
Produsen cat tembok Avian Paint itu bercerita, Arief telah membantu ribuan masyarakat dalam program vaksinasi Covid-19. Hampir setiap hari, Arief juga sibuk koordinasi terkait alokasi oksigen dengan berkeliling ke seluruh rumah sakit di Indonesia. Sampai akhirnya terkena virus yang sedang masif itu.
Pada 25 Juni lalu, dia sempat berkomunikasi dengan Arief Harsono untuk menanyakan kondisi Covid-19 dan kecukupan oksigen. Kemudian Arief menjelaskan panjang.
"Kelihatan akan naik terus sampai pertengahan Juli, memang seluruh produsen oxygen kewalahan terbentur akan tabung gas dan transport. Jadi beberapa minggu ini saya banyak sibuk koordinasi kekurangan oxygen di RS Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, sehingga agak kelupaan waktu istirahat," kata Arief saat itu.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, pria yang lahir pada 18 Juli 1954 itu masih sempat memastikan oksigen tersedia agar bisa digunakan masyarakat di seluruh Indonesia. Arief berjuang agar oksigen terdistribusi dengan baik di seluruh penjuru nusantara.
Sudah Vaksin Dua Kali
Melalui cerita Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang sempat berkomunikasi dengan almarhum, Arief diketahui mulai dirawat di RS Adi Husada pada 27 Juni lalu.
“Hanya di sana masih tersedia kamar, yang lain penuh semua. Ia salah satu penasihat di lembaga pengelola rumah sakit itu,” ujar Dahlan pada laman jejaring disway.id, Minggu (4/7).
Pengusaha media itu mengira Arief akan baik-baik saja. Menurut dia, Arief tahu bagaimana harus menjaga diri. Tentu saja, usaha pokoknya adalah memproduksi oksigen dan sukses besar. Lalu mulai merambah ke usaha-usaha lain yang masih terkait dengan bidang kesehatan.
Hal yang pasti, Arief sudah divaksin sebanyak dua kali. Vaksinasi pertama bahkan dilaksanakan di gedung barunya yang megah di Surabaya Timur dan dihadiri oleh Menteri Kesehatan Budi Sadikin.
Menurut Dahlan, berhari-hari Arief memimpin sendiri ketertiban acara vaksinasi tersebut, dan mengingatkan agar tidak menjadi klaster penularan. Ribuan orang mendaftar program vaksinasi saat itu.
“Saya begitu optimistis Pak Arief akan bisa mengatasi sakitnya. Sehari sebelum meninggal pun masih aktif dengan handphone-nya. Baru Jumat sore jam 15.30, saya lihat, dari notifikasi di handphone-nya, tidak aktif lagi,” kata Dahlan.
Arief memang memiliki penyakit penyerta, yakni gula darah dan tekanan darah tinggi. Saat itu ia mulai merasakan sesak napas. Saturasi oksigennya turun ke level 94, hingga harus mulai dipasang oksigen, meski tidak langsung naik. Senja pun terlewati tanpa ada tanda-tanda kadar oksigen lebih baik.
Mulailah dibicarakan kemungkinan dimasukkan Intensive Care Unit (ICU). Namun ICU penuh di semua rumah sakit. Sampai akhirnya, ia harus kehilangan nyawa sebelum merealisasikan keinginannya untuk memenuhi pasokan oksigen di seluruh Indonesia.
Di tengah permintaan oksigen yang melonjak drastis, Arief menjadi pengusaha paling sibuk saat pandemi Covid-19 ini. Menurut Dahlan, normalnya ia senang karena dagangannya laris. Tapi Arief justru merasa berada dalam tekanan yang sangat berat.
“Ia tahu kalau sampai terjadi krisis oksigen di Indonesia, ia merasa harus bertanggung jawab,” kata Dahlan.
Akhir-akhir ini, Arief sering dipanggil rapat oleh pemangku kepentingan terkait ketersediaan oksigen. Ia harus mengawasi agar semua pabriknya bekerja 24 jam tanpa istirahat. Tidak boleh ada mesin yang mati, tidak boleh ada listrik yang berkedip. Pasalnya, oksigen begitu ditunggu oleh para penderita Covid-19 di rumah sakit di seluruh negara.
"Arief kelelahan. Pabrik oksigennya begitu besar. Ia hanya sedikit kekurangan oksigen di dalam darahnya. Tapi Arief sudah membuat sejarah dalam hidupnya: menjadi raja oksigen, dan membuat Indonesia mandiri di bidang itu," kata Dahlan.