Khofifah Harap Mahasiswa Bantu Proses Tracing Covid-19 di Jawa Timur
Lonjakan kasus Covid-19 terjadi di seluruh Indonesia, termasuk Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, pun meminta dukungan dari semua pihak untuk membantu penanganan Covid-19 di wilayahnya, tidak terkecuali mahasiswa.
Khofifah berharap mahasiswa bisa ikut aktif dalam proses pelacakan kasus Covid1-9 (tracing) terutama melalui media digital. Pasalnya, sebagai generasi muda, mahasiswa memiliki keahlian keahlian dalam menggunakan media digital.
“Tracing di Jawa Timur ini kategori sangat kecil, sangat rendah. Kalau satu pasien menurut World Health Organization (WHO) harus 15 orang di tracing, (di Jawa Timur) bahkan ada satu daerah yang 0.” kata Khofifah pada webinar virtual yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga (Unair), Jumat (30/7).
Khofifah menambahkan upaya tracing telah dilakukan pemerintah Jawa Timur melalui aplikasi Silacak, namun dalam penerapannya memiliki kendala. Pasalnya, upaya pelacakan ini dilakukan oleh pihak yang tidak ahli dalam bidangnya. Kondisi inilah yang mengakibatkan input data dalam aplikasi Silacak tidak maksimal.
“Saya ditunjukkan format yang harus diisi di dalam aplikasi Silacak, memang kalau sekarang yang diturunkan Babinsa dan babinkamtibmas yang bukan bidangnya.” ujar Khofifah.
Karena itulah, Khofifah mengharapkan bantuan dari mahasiswa Universitas Airlangga dalam penginputan data dalam aplikasi Silacak.
“Apabila dimungkinkan kami mendapatkan support dari mahasiswa (Universitas Airlangga) tidak hanya Fakultas Kedokteran. Itu (penggunaan aplikasi Silacak) sebetulnya relatif simpel bagi yang sudah digital friendly.” kata Khofifah.
Khofifah juga berharap pihak Universitas Airlangga bisa mendukung penanganan Covid-19 dengan mengintegrasikan jajaran tenaga kesehatan di universitas tersebut dengan isolasi terpusat yang dibangun pemerintah.
“Apakah dimungkinkan bahwa tim nakes yang nanti akan disupport oleh keluarga besar Unair, terutama Fakultas Kedokteran (FK) Unair ini boleh kemudian dibangun beriringan dengan isolasi terpusat.” kata Khofifah.
Isolasi terpusat tersebut nantinya diharapkan tidak hanya menyediakan bangunan untuk isolasi dan pemberian layanan kesehatan secara fisik tetapi juga dilengkapi dengan
konsultasi telemedicine virtual untuk memberikan kemudahan konsultasi bagi penyintas. Isolasi terpusat juga diharapkan bisa disinergikan dengan tim trauma healing dan tim trauma konseling.
Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang memiliki kasus positif tertinggi di Indonesia. Hingga Kamis (29/7), jumlah kasus positif di wilayah Jawa Timur mencapai 293.019 dengan jumlah kasus kematia mencapai 19.284 orang, atau menjadi yang tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia.
Terkait tracing, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan rasio tracing di Indonesia masih 1:1. Merujuk pada anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rasio pelacakan kasus positif seharusnya 1:30 alias 30 orang per satu kasus positif. “Artinya di Indonesia, dari satu yang terkonfirmasi, satu yang dilaksanakan tracing kontak erat,” tutur Hadi.
(mela syaharani)