Jelajah Jalan Raya Pos: Mencicipi Mangut Manyung Bu Fat di Semarang
Deretan mobil terparkir rapi hingga bahu jalan. Resto Kepala Manyung Bu Fat memang sering dipenuhi pembeli dari siang hingga sore, seperti Kamis kemarin (12/8/2021). Tak hanya di gerai pusat Jalan Ariloka, demikian pula yang di cabang Jalan Raya Sukun, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah.
Kemarin merupakan hari keenam ketika tim Jelajah Jalan Raya Pos Katadata sampai di Semarang. Ini rangkaian perjalanan dari Anyer ke Panarukan untuk napak tilas Jalur Daendels. Sebelumnya tim menyusuri Subang dan Cirebon yang meluncur dari Bandung.
Warung Bu Fat merupakan salah satu tempat kuliner khas Semarang. Di sini tim Jelajah sempat melihat bagaimana juru masak mengolah dan menyajikan menu-menu andalan mereka, seperti ikan asap yang mendapat siraman kuah panas dengan potongan cabai rawit hijau di atasnya. Kepala Manyung Bu Fat pas bagi mereka yang gemar cita-rasa gurih dan pedas.
Keringat mengucur dari wajah pelanggan yang semangat membelah sela-sela tulang manyung. Selain pedas, sensasi makan kepala ikan dengan tangan tanpa sendok jadi daya tarik tersendiri. “Orang kantoran, mau rapi, mau gimana kalau sudah di depan kepala manyung, enaknya memakai tangan,” kata Winda Riskayani, pemilik cabang pertama Kepala Mangut Manyung Bu Fat. Restorannya dipenuhi foto orang-orang penting yang singgah di sana.
Perempuan 26 tahun ini adalah anak dari Ibu Bekti, sekaligus cucu dari Ibu Fatimah atau lebih dikenal Bu Fat, sang pendiri rumah makan ini pada 1969. Kini Winda mengurus cabang pertama yang ada di Srondol.
Ikan manyung merupakan ikan laut yang dagingnya biasa digunakan untuk ikan asin jambal roti. Daging gurih dan padat menjadi alasan Bu Fatimah untuk mengolah kepala dan daging ikan ini. “Dulu siapa yang mau olah ikan ini jadi makanan? Kalau tidak dikeringin ya dijadikan ikan asin,” ujar Winda.
Ikan manyung tersbut ditangkap dari perairan Jepara, Cirebon, sampai Banyuwangi. Dalam mengolahnya, ikan terlebih dahulu diasap di sentra pengasapan ikan Demak. Lalu diolah dengan bumbu ala Bu Fat. “Penggunaan cabe di sini sehari bisa lima kilogram untuk menu manyung saja,” katanya.
Tak heran kalau tim Jelajah Katadata begitu lahap menyantap kepala manyung. Dengan ukuran sebesar botol kecap, kepala ikan ini bisa untuk tiga sampai lima orang. Mencari daging dalam sela-sela tulang lunak menjadi seni tersendiri. Daging di kepala ikan ini terasa lembut, tapi padat. Ada beberapa bagian yang kenyal, dan khasnya lagi memiliki rasa yang pekat karena diasap.