Survei Kemenkes: Kasus Covid-19 RI Kemungkinan Telah Capai 16 Juta

Rizky Alika
23 November 2021, 18:22
survei, kemenkes, covid-19, virus corona
ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Pengendara melintas di depan mural bertema COVID-19 di kawasan Jalan Nusantara, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (1/11/2021).

Jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia bisa jadi lebih sedikit dari angka yang sesungguhnya. Hasil survei serologi yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan, jumlah penduduk yang telah terkena corona kemungkinan bisa mencapai 16 juta orang.

Survei serologi dilakukan untuk mendeteksi antibodi masyarakat terhadap SARS-CoV-2. Survei menggunakan metode seroprevalence dan dilakukan kepada 21.880 sampel yang tersebar di 100 kabupaten/kota pada 34 provinsi. 

"Salah satu hasil seroprevalensi kita menunjukkan angka prevalensi Covid-19 adalah 14%, Jadi kalau dilihat jumlah penderita dilaporkan sekitar 4 juta, kemungkinan bisa 15-16 juta," kata Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi dalam webinar daring, Selasa (23/11).

 Sebagai perbandingan, jumlah kasus positif Covid-19 hingga 22 November mencapai 4,25 juta orang. Ini berarti angka kasus positif corona sebenarnya bisa mencapai empat kali lipat dari yang telah dilaporkan.

Sementara berdasarkan sejumlah penelitian, hampir separuh penduduk Jakarta sudah terkena penyakit ini.  Ini artinya, hampir 5,28 juta orang masyarakat di ibu kota sudah terpapar virus asal Wuhan, Tiongkok tersebut. 

Sedangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat, total kasus positif hingga 22 November mencapai 863.482 kasus.  "Hampir 50% dari penduduk Jakarta sudah terinfeksi Covid-19," kata Nadia.

Meski begitu, kekebalan komunitas alias herd immunity dari Covid-19 belum tercapai. Ini lantaran perlu lebih banyak penduduk yang telah menerima vaksin dan memiliki antibodi corona.

Sementara itu, capaian vaksinasi dosis kedua hingga 23 November baru mencapai 90,2 juta orang atau 43,3% dari target vaksinasi 208,2 juta orang. Menurutnya, antibodi yang terbentuk dari infeksi alami hanya bisa menurunkan laju penularan, namun tidak menjadi faktor pembentukan kekebalan kelompok.

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman juga sepakat dengan pendapat Nadia. Dia mengatakan penyintas virus corona tidak memiliki imunitas yang konsisten dan kuat. 

Oleh sebab itu Dicky meminta lebih banyak lagi masyarakat yang mendapatkan vaksin.  "Bahkan, penyintas tetap harus divaksin," ujar dia.

Mengutip dari The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, survei seroprevelance ini menggunakan tes antibodi untuk memperkirakan persentase orang dalam populasi yang memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2. Tes ini dapat menginformasikan berapa banyak orang dalam populasi tertentu yang sebeanarnya telah terinfeksi virus corona.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...