Seberapa Ampuh Face Shield Cegah Infeksi Covid-19 Termasuk Omicron?
Varian Omicron terbukti lebih mudah menyebar dan menular bila dibandingkan dengan varian Covid-19 sebelumnya. Bahkan penelitian dari Prancis yang dipublikasikan di situs medRxiv menyatakan kemungkinan Omicron ini lebih mudah menular hingga 105% bila dibandingkan dengan varian Delta.
Tingginya risiko penularan Covid-19 varian Omicron terutama dari transportasi umum di antaranya penerbangan ini menimbulkan pertanyaan. Apakah ada cara yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko infeksi virus ini? Peneliti dari berbagai universitas di Amerika menyarankan penggunaan face shiled untuk membentengi penularan virus melalui mata manusia.
Mengapa Face Shield Dianggap Bisa Melindungi dari Covid-19?
Profesor penyakit dalam dari Universitas Iowa Amerika Serikat, Eli Perencevich, menyatakan bahwa perlindungan mata adalah salah satu cara untuk menjaga diri dalam situasi berisiko tinggi, apalagi kelompok dengan kelainan imun.
“Semua orang dengan risiko tinggi (kelainan imun) harus mempertimbangkan penggunaan pelindung mata, sebab tidak semua orang mau menerima vaksin,” kata Perencevich pada Forbes.
Fakta bahwa perlindungan mata adalah hal penting dapat ditarik panjang dari hasil penelitian pada 1919 yang menyatakan bahwa mata adalah rute infeksi virus saluran pernapasan.
Saat wabah SARS merebak di Singapura dan Kanada pada 2002 hingga 2004 menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang tidak menggunakan perlindungan mata memiliki resiko yang lebih tinggi terinfeksi virus SARS.
Baru-baru ini penggunaan face shield atau kacamata khusus dinilai ampuh sebagai langkah preventif penyebaran virus Covid-19, apalagi di dalam transportasi umum seperti pesawat. Sebab akan sulit untuk menjaga jarak aman satu hingga dua meter antar penumpang. Face shield dapat menutup mata, hidung, dan mulut manusia yang sudah mengenakan masker di bawahnya.
“Mata cenderung lebih mudah terinfeksi oleh droplet dari saluran pernafasan, itulah mengapa menjaga jarak itu sangat penting,” jelas Perencevich.
Plus Minus Penggunaan Face Shield
Meski face shield dinilai penting untuk mencegah infeksi Covid-19, masih ada kelompok masyarakat yang meragukan efektivitas perlengkapan ini. Pada awal pandemi 2020 lalu, banyak masyarakat yang hanya menggunakan face shield sebagai pengganti masker.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pernah menjelaskan face shield tidak dapat dijadikan sebagai pengganti masker meski alat tersebut masuk dalam kategori alat pelindung diri (APD). Masalah utamanya adalah terdapat celah besar di samping dan di bawah wajah manusia, meski wajah sudah tertutup face shield, masih ada droplet yang bisa keluar dari celah tersebut dan mengenai orang sekitar.
Dalam paparan Megan Ranney, dekan kesehatan masyarakat dari Brown University Amerika Serikat kepada Forbes, apabila seseorang masuk ke dalam kategori berisiko tinggi terkena Covid-19 dan akan bepergian jauh dengan pesawat, maka tidak ada salahnya menggunakan face shield serta masker.
“Apabila anda berpikir untuk mengurangi risiko, hal utama yang harus dilakukan adalah divaksin hingga booster. Kedua, gunakanlah masker dengan kualitas baik, yaitu N95, KF94, atau KN95,” kata Ranney pada Forbes.
Meski begitu, Ranney mengingatkan bahwa data yang menunjukkan face shield dapat mengurangi risiko infeksi Covid-19 ini diambil dari populasi yang belum divaksin. Untuk itu, penggunaan face shield di kelompok yang sudah divaksin tidak akan mengurangi risiko penularan secara drastis.
Dalam kelompok yang sudah divaksin, face shield dapat memberi perlindungan tambahan kepada penggunanya di samping penggunaan masker yang tepat.
“Yang saya suka dari face shield adalah perlindungan untuk masker. Dengan menggunakan face shield, ketika saya menyentuh bagian luar dari masker saya, saya tidak menyentuh partikel Covid,” kata Ranney.
Dengan demikian, Perencevich sangat menganjurkan penggunaan face shield ketika seseorang butuh perlindungan bahkan kepada infeksi Covid-19 dengan gejala ringan. Misalnya ketika berkunjung ke kediaman lansia atau kelompok dengan kelainan imun. Kemudian pada saat seseorang tidak bisa menjaga jarak satu hingga dua meter satu sama lain, seperti di pesawat.