Vandalisme adalah Perusakan Barang, Pahami Sejarah dan Penyebabnya
Seringkali pada sebuah properti pada tempat wisata alam atau buatan terlihat coretan, gambar, atau tulisan yang merusak. Ini merupakan suatu bentuk vandalisme.
Vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lain (keindahan alam dan sebagainya). Contoh vandalisme adalah corat-coret, grafiti liar, perusakan, penghancuran, dan pencemaran lingkungan.
Menurut Jason Lase dalam Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Sekolah Terhadap Vandalisme Siswa (2003), vandalisme merupakan tindakan atau perilaku yang merugikan, merusak berbagai objek lingkungan fisik dan lingkungan buatan, baik milik pribadi (private properties) maupun fasilitas atau milik umum (public amenities).
Perilaku vandalisme adalah bagian dari permasalahan yang tak terpisahkan dalam upaya pelestarian warisan budaya. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Metode Konservasi Peninggalan Kepurbakalaan, vandalisme merupakan pengrusakan yang berbahaya karena dapat memusnahkan data-data arkeologi, terutama artefak yang sangat penting dalam penyusunan sejarah.
Sejarah Vandalisme
Kata vandalisme berasal dari bahasa Prancis vandalisme yang pertama kali digunakan oleh Henri Grégoire untuk mendeskripsikan penjarahan dan perusakan seni selama Revolusi Prancis.
Mengutip National Geographic, vandalisme mengacu pada suku Vandal dari Jerman Timur yang menetap di Afrika Utara. Mereka menjarah Roma pada tahun 455. Serangan ke Roma dipicu oleh pembunuhan Kaisar Romawi Valentinian III, yang sebelumnya menjanjikan putrinya, Eudocia, untuk menikah dengan putra dari pemimpin kaum Vandal, Raja Genseric, sebagai bagian dari perjanjian damai.
Dengan kematian Kaisar Romawi Valentinian III, Raja Genseric beserta kaum Vandal menyerbu Roma dan menghancurkan kota tersebut. Mereka menjarah rumah-rumah bangsawan dan mengambil emas, perak dan perabotan. Bahkan, istana kekaisaran dan Kuil Jupiter Optimus Maximus turut dijarah.
Meskipun Vandal dikecam, mereka setuju untuk bernegosiasi dengan Paus Leo I, sehingga tidak menghancurkan Roma. Para Vandal menyerbu kekayaan kota, tetapi membiarkan bangunannya utuh lalu pulang ke Afrika Utara.
Namun, bertahun-tahun bentrokan terus terjadi. Antara tahun 460 dan 475 M, Vandal berhasil memukul mundur Roma yang awalnya berniat merebut kembali kekayaan mereka. Tetapi, kematian Raja Gaiseric menyebabkan kekalahan kaum Vandal. Pada tahun 533, Romawi mengambil kembali Afrika Utara dan mengusir Vandal untuk selamanya.
Bentuk-bentuk Vandalisme
Terdapat bentuk-bentuk vandalisme yang dijelaskan oleh Lase (2003) sebagai berikut.
- Aksi mencoret-coret (grafiti): Aksi mencoret-coret-coret (grafiti) tampak pada tembok pinggir jalan, tembok sekolah, jembatan, halte bus, bangunan, telepon umum, wc umum, dan sebagainya.
- Aksi memotong (cutting): Contohnya memotong pohon, tanaman, bunga.
- Aksi memetik (plucking): Memetik bunga dan memetik buah milik orang lain tanpa meminta izin dari pemiliknya.
- Aksi mengambil (taking): Aksi mengambil barang milik orang lain, mengambil tanaman, dan sebagainya.
- Aksi merusak (destroying): Aksi merusak penataan lingkungan yang sudah tersusun rapi dari orang lain. Misalnya mencongkel pintu rumah orang lain, memindahkan tanaman milik orang lain, membuang sampah di sembarang tempat.
Penyebab Vandalisme
Lasa (2003) menjelaskan dua faktor penyebab vandalisme, yaitu faktor lingkungan keluarga dan sekolah.
Faktor Lingkungan Keluarga
Masalah dalam lingkungan keluarga yang memicu terjadinya tindakan vandalisme remaja terhadap lingkungan buatan adalah:
- Ketidakharmonisan dalam keluarga mengakibatkan remaja mengekspresikan perasaannya melalui tindakan vandalisme.
- Tempat tinggal berjauhan dari sekolah, sehingga sang remaja harus berpisah dengan orang tua . remaja yang tinggal di rumah saudara, rumah temannya atau kos. Perilaku remaja menjadi bebas dan kurang mendapat pengawasan dari orang tua.
- Pola asuh keluarga yang terlalu ketat atau terlalu longgar. Hal ini sebagai bentuk ekspresi kasih sayang dan perhatian dari orang tua.
- Kurangnya pembinaan melalui jalur agama, khususnya tentang menghargai lingkungan hidup sebagai ciptaan Tuhan, yang harus dimanfaatkan, dipelihara dan dilestarikan.
- Pekerjaan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pekerjaan Ibu. Kurangnya waktu ibu dan perhatian ibu bersama anak-anaknya berdampak pada perilaku anak.
- Pendidikan orang tua juga memiliki pengaruh besar, khususnya pendidikan ibu. Bila pendidikan ibu rendah maka dalam mendidik anak juga kurang. Tetapi sebaliknya bila pendidikan ibu tinggi maka dalam mendidik anak juga tinggi.
- Kurangnya kebebasan anak mengekspresikan perasaannya di dalam lingkungan keluarga yang menjadi haknya, misalnya memiliki kamar tidur sendiri, memiliki fasilitas belajar, ruangan belajar sendiri, dan sebagainya. Bila hak pribadinya tidak terpenuhi maka berakibat pada perilaku anak.
- Kurangnya kebersamaan antara orang tua dengan anak, misalnya beribadah bersama, berdoa bersama, makan bersama, berekreasi bersama dan lain sebagainya.
- Tidak memiliki halaman rumah yang cukup luas untuk mengekspresikan gejolak pertumbuhan anak. Halaman rumah juga bisa berdampak pada tingkah laku anak.
Faktor Lingkungan Sekolah
Sejumlah faktor lingkungan sekolah penyebab vandalisme meliputi:
- Kurang kasih sayang guru, artinya tidak mendapat perhatian dari guru dalam proses belajar mengajar.
- Ekspresi kejengkelan karena sering dipanggil guru, yang umumnya berkaitan dengan tingkah laku negatif.
- Sering berurusan dengan polisi dalam berbagai bentuk permasalahan.
- Berpindah-pindah sekolah dengan berbagai alasan.
- Banyaknya remaja memiliki peluang untuk bebas setelah pulang sekolah.
- Senang membaca buku eksak, umumnya mengindikasikan seorang remaja memiliki kemampuan berpikir.
- Senang membaca buku komik, dari membaca buku komik remaja bisa muncul perilaku yang ditiru dari tokoh yang diidolakan.