Partisipasi Ekonomi Perempuan Indonesia Masih Timpang
Perempuan mendominasi pelaku usaha mikro Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) pada 2021 menyebutkan bahwa perempuan mendominasi pelaku usaha mikro Indonesia. Sektor UMKM, 53,76%-nya dimiliki oleh perempuan, dengan 97% karyawannya adalah perempuan, dan berkontribusi dalam perekonomian 61%. Kondisi itu menunjukkan peran dan kontribusi perempuan menjadi faktor penting dalam menghadapi berbagai tantangan dalam upaya pemulihan, reformasi, serta transformasi ekonomi.
“Jadi kita melihat data tersebut, perempuan ini adalah pelaku yang sungguh sangat penting dan bahkan utama pada level kecil dan mikro,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Kerja Nasional Pemberdayaan Perempuan UMKM Indonesia (Rakernas PPUMI), seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan.
Meski punya peran amat penting dalam ekonomi dan menyumbang penyediaan lapangan kerja, perempuan Indonesia menghadapi hambatan struktural akibat norma gender yang diskriminatif. Kondisi ini tergambar dalam penelitian yang dilakukan UNICEF pada 2019 berjudul Mengatasi hambatan gender dalam kewirausahaan dan kepemimpinan bagi anak perempuan & perempuan muda.
Dalam penelitian yang dilakukan UNICEF di Thailand, Laos dan Indonesia terungkap, bahwa wirausaha perempuan di Asia Tenggara menghadapi hambatan struktural yang lebih besar akibat norma gender yang diskriminatif.
Antara lain beban pengasuhan tak berbayar yang tinggi, terbatasnya akses ke aset produktif, terbatasnya peluang untuk mengembangkan keterampilan yang sesuai, terbatasnya akses
keuangan, tidak tersedianya jaringan kewirausahaan dan mentor. Kondisi ini diperparah oleh kebijakan, undang-undang, dan regulasi yang buta gender.
Dengan hambatan tersebut, perempuan kesulitan untuk memulai dan mengembangkan usahanya, sehingga kemampuan mereka untuk menjadi agen perubahan di masyarakat menjadi terbatas.
Padahal, jika perempuan dapat berkontribusi dalam ekonomi secara penuh dan setara, menurut hasil statistik McKinsey, maka perekonomian global akan mendapatkan manfaat sebesar US$12 triliun pada tahun 2025. Sedangkan khusus kawasan Asia Pasifik, dapat memberikan nilai tambah hingga US$4,5 triliun.
Oleh sebab itu, penelitian UNICEF tersebut merekomendasikan sejumlah intervensi strategis untuk memperkuat ekosistem di Asia Tenggara agar perempuan muda dapat sepenuhnya mengakses peluang yang ditawarkan di bidang kewirausahaan dan kepemimpinan.
“Di antaranya menjadikan layanan dukungan kewirausahaan yang responsif gender dan mudah diakses oleh perempuan muda,” tulis penelitian tersebut.
Di dalamnya termasuk menghubungkan perempuan dalam kegiatan mentoring usaha. Seperti yang dilakukan UNDP Kamboja tahun 2020 dalam SHE Incubator and Accelerator yang memberikan pelatihan, bimbingan, pembinaan, dan penyuluhan profesional kepada wirausaha perempuan.
Intervensi lain yang bisa dilakukan adalah meningkatkan investasi lensa gender. Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF) berinvestasi dalam solusi teknologi disruptif yang dipimpin oleh tim yang memiliki keseimbangan gender untuk mengatasi hambatan sistemis pemberdayaan perempuan–seperti kurangnya akses modal bagi 30 juta pewirausaha perempuan di Indonesia. IWEF dikelola oleh Moonshot Ventures dan YCAB Ventures, yang bertujuan memperluas akses jasa keuangan dan platform bisnis dan meningkatkan skala investasi lensa gender.
Kontributor: Arin Swandari