Xi Jinping hingga Macron Telepon Jokowi: Pusing Harga Energi Melonjak
Harga komoditas energi tengah meningkat selama beberapa waktu terakhir. Presiden Joko Widodo pun sampai mendapatkan telepon dari beberapa pemimpin negara lain tentang permasalahan ini.
Beberapa yang mengabarkan lonjakan harga antara lain Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
"Semua negara betul-betul pusing semua. Dalam dua minggu ini, saya dapat telepon beberapa kepala negara atau pemerintahan," kata Jokowi dalam arahan Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Bali, Jumat (25/3).
Para pemimpin dunia tengah kebingungan dalam menyelesaikan persoalan kelangkaan energi. Adapun, harga minyak dunia tengah melonjak dari kisaran US$ 50-60 per barel menjadi US$ 118 per barel.
Situasi tersebut membuat pemimpin negara mengerek harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi hingga dua kali lipat. Jokowi pun membandingkan situasi tersebut dengan Indonesia. "Bayangkan, kita naik 10 persen saja demonya tiga bulan," katanya.
Tak hanya itu, harga gas hingga pangan juga ikut melonjak. Harga kedelai hingga gandum tengah meningkat lantaran dipasok oleh negara yang tengah menghadapi konflik, yaitu Ukraina dan Rusia.
Di sisi lain, kelangkaan juga terjadi pada kontainer kapal untuk distribusi logistik. Hal ini turut berdampak pada kenaikan ongkos angkut barang yang berujung pada kenaikan harga barang pada tingkat konsumen.
"Dulu saat kondisi normal, cari seribu kontainer bisa sehari. Dua ribu kontainer juga gampang. Sekarang cari satu kontainer saja sulit sekali," ujar Mantan Wali Kota Solo itu.
Akibatnya, inflasi turut meningkat di sejumlah negara. Ia pun meminta seluruh pemerintah daerah hingga pemimpin Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memahami situasi tersebut.
"Paling gampang kita lakukan adalah bagaimana APBN, APBD, anggaran BUMN bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Kepala Negara itu.
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah melihat perang Rusia dan Ukraina sebagai risiko yang sangat serius. Perang berdampak pada kenaikan harga komoditas, terutama energi dan pangan sehingga berisiko terhadap kenaikan inflasi domestik.
"Kami merasa tekanan pasar keuangan global harus terus diwaspadai," ujarnya dalam acara DBS Asian Insight Conference 2022 bersama Katadata.co.id, Senin (21/3).
Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi risiko bagi prospek pertumbuhan global. Pemerintah pun harus mewaspadai dampaknya terhadap Indonesia.