Tes dan Booster Jadi Kunci Agar Mudik Tak Berujung Gelombang Covid-19

Amelia Yesidora
14 April 2022, 05:30
covid-19, mudik, lebaran, booster, tes
ANTARA FOTO/Olha Mulalinda/aww.
Petugas Karantina Kesehatan Pelabuhan (kanan) malayani warga usai divaksin booster COVID-19 di aula Bandara DEO Kota Sorong, Papua Barat, Rabu (13/4/2022).

Pemerintah telah memperbolehkan masyarakat mudik lebaran, setelah dua tahun larangan dalam rangka pencegahan lonjakan kasus Covid-19. Meski demikian, tren kasus corona menunjukkan kenaikan memasuki pekan kedua Ramadan. 

Ahli wabah lalu meminta pemerintah menjaga dua hal agar mudik Lebaran tak berujung gelombang Covid-19. Keduanya adalah memastikan pemudik dan keluarganya mendapatkan vaksin booster serta tetap menjalankan tes. 

"Kita tidak bisa euforia, termasuk terburu-buru menurunkan level kewaspadaan," kata epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman kepada Katadata.co.id, Rabu (13/4). 

Menurut Dicky, potensi lonjakan kasus pascalebaran masih tetap ada. Ini lantaran sebab 20% dari masyarakat Indonesia masih berisiko tinggi terinfeksi Covid-19. 

Dia juga mengatakan bahwa cakupan vaksinasi dosis dua dan tiga masih belum sesuai dengan harapan.  Dari data Kementerian Kesehatan, hingga akhir Maret lalu penerima vaksin Covid-19 tahap kedua mencapai 70,38%. Sementara itu, baru 5,51% masyarakat Indoensia yang menerima vaksinasi ketiga atau booster.

“Ini sekali lagi perlu disikapi dengan serius, karena potensi fatalitas pada wilayah yang cakupan vaksinasinya lebih kecil ketika didatangi pemudik ini," kata Dicky.

Dicky juga menyoroti berkurangnya jumlah pemeriksaan Covid-19 oleh masyarakat menjelang Idulfitri. Hal inilah yang menyebabkan angka kasus Covid-19 akhir-akhir ini melandai.

“Bahkan saya melihat bisa sampai mendekati 50% penurunannya di beberapa wilayah dan itu artinya menurunkan level kewaspadaan kita dan mendeteksi keadaan,” kata Dicky.

Ia memahami bahwa tes akan sulit digenjot lantaran aturan yang ada telah direlaksasi pemerintah. Namun, kewajiban ini tetap bisa dilakukan terutama pada tingkat operator transportasi. "Misal pengemudi wajib tes antigen satu hari sekali kalau bepergian jarak dekat," katanya.

Sedangkan epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko menyarankan pemerintah untuk membuat kebijakan melarang adanya kerumunan di daerah-daerah. Hal ini perlu dilakukan jika mudik tidak dilarang. 

“Jadi mungkin sekarang saatnya boleh, tapi harus dijaga juga protokol kesehatannya,” kata Miko.

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...