Ahli Optimistis Puncak BA.4 - BA.5 Lebih Rendah dari Omicron, Mengapa?

Amelia Yesidora
17 Juni 2022, 17:22
ba.4, covid-19, omicron
ANTARA FOTO/FB Anggoro/hp..
Sejumlah umat Islam mengenakan masker saat berangkat untuk melaksanakan ibadah Shalat Id 1 Syawal 1443 Hijriah di Kota Ambon, Maluku, Senin (2/5/2022). Foto: ANTARA.

Kasus Covid-19 di Indonesia tengah melonjak seiring masuknya subvarian BA.4 dan BA.5. Bahkan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memprediksi akan ada puncak penularan subvarian ini hingga 20 ribu hingga 25 ribu kasus pada minggu ketiga Juli 2022.

Para ahli wabah juga sepakat dengan prediksi ini. Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan angka ini berdasarkan banyaknya penduduk yang telah memiliki imunitas usai vaksinasi dan penularan varian sebelumnya.

Meski demikian, angka kasus yang tidak terdeteksi mungkin akan lebih besar lagi. Ini karena akan banyak orang yang positif Covid-19 namun tidak bergejala karena kombinasi kekebalan tubuh serta vaksinasi.

"Mungkin yang terdeteksi 20 ribu-an, bisa juga kurang. Tapi akan banyak yang tidak tes juga," kata Dicky kepada Katadata.co.id.

 Dalam hal ini, Dicky mengkhawatirkan potensi subvarian tersebut menulari lansia dan orang yang memiliki komorbid. Oleh sebab itu ia meminta pemerintah tetap merespons dengan cepat naiknya penularan.

Secara khusus, Dicky meminta masker diwajibkan lagi dan vaksinasi tetap menjadi syarat perjalanan. "Selain pemberian vaksin dosis tiga dipercepat," katanya.

Epidemiolog Tri Yunis Miko Wahyono berpendapat sama dengan Budi bahwa puncak penularan BA.4 dan BA.5 bisa terjadi pada akhir bulan Juli hingga awal Agustus. Namun, perhitungannya didasarkan atas penelusuran kasus, tes, serta intervensi kebijakan dari pemerintah. 

Dengan surveillance yang aktif, ia menghitung ada potensi belasan ribu kasus per hari pada puncak gelombang BA.4 dan BA.5. Angka ini lebih rendah dari jumlah kasus harian kala puncak gelombang Delta dan Omicron tahun lalu.

Hal ini bisa terjadi lantaran masyarakat Indonesia sudah menerima vaksin dosis lengkap serta booster.  “Ya kalau surveillance aktif, bisa belasan ribu kasus per hari. Kalau tidak aktif, paling enam ribuan,” kata Miko pada Katadata, Jumat (17/6). 

Pandangan paling optimistis dilontarkan epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono. Pandu berpendapat bahwa Indonesia tidak akan mengalami puncak penularan subvarian BA.4 dan BA.5 sebab imunitas masyarakat sudah cukup tinggi.

Ia menilai tetap akan ada kenaikan jumlah kasus, namun tidak sampai membentuk puncak gelombang layaknya Delta dan Omicron tahun lalu. Namun dia juga mengingatkan masyarakat dan pemerintah agar tetap menjalankan protokol kesehatan sertavaksinasi. 

“Orang bilang harus ditingkatkan PPKM-nya, enggak perlu. Yang hanya dikejar dua: prokes dan vaksinasi,” kata Pandu pada Katadata.co.id melalui sambungan telepon, Jumat (17/6).

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...