Medco Power Indonesia Akan Transisi Bisnis Menuju Energi Rendah Karbon
Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan yang besar. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi EBT yang dimiliki Indonesia mencapai 3.600 Giga Watt sedangkan kebutuhan listrik nasional hanya 60 Giga Watt. Potensi EBT ini bisa dijadikan sumber devisi.
Namun, terlepas dari semua potensi dan keuntungan tersebut, ada juga tantangan yang masih menjadi pekerjaan rumah atau PR bagi pemerintah dan rakyat Indonesia.
“Cuma tantangannya kembali pada energi trilema, yaitu apakah harga ET itu terjangkau, karena kita harus memastikan harga-harga listrik bisa terjangkau. Kedua, adanya isu mengenai security, supply nya harus terjamin setiap saat mengingat sebagian dari sifat energi terbarukan adalah intermittencies, itu PR bersama,” ungkap Presiden Direktur PT Medco Indonesia Eka Satria pada webinar KATADATA SAFE 2022, Selasa (23/8/2022).
Eka Satria mengatakan, Medco Power Indonesia juga sedang melakukan transisi bisnis menuju energi rendah karbon dari fosil ke energi yang lebih bersih.
“Medco Power sudah mengoperasikan pembangkit geothermal terbesar, kami juga investasi di minihydro di Jawa Barat. Selain itu kami juga menyelesaikan PLTS terbesar di Indonesia dengan kapasitas 26 MW,” kata Eka Satria.
Eka menambahkan Medco Power Indonesia juga bekerja sama dengan PT PLN dalam mengembangkan PLTS di Bali. Selain itu, masih ada proyek pengembangan LNG power scheme di unit mining yang akan diaplikasikan di salah satu proyek Medco di Sumbawa.
“Semua yang tengah kami lakukan adalah proyek berkelanjutan dan tentunya berharap transisi energi bisa berjalan smooth ke depan,” ujar Eka.
Eka menambahkan, perlu investasi minimal 8 miliar dolar Amerika per tahun untuk sektor energi baru terbarukan. Saat ini, investasi yang masuk baru sekitar 1-2 miliar dolar Amerika. Karena itu, masalah pendanaan masih menjadi PR bersama.
“Penggunaan energi bauran di Indonesia sekarang baru 12 persen dan harus naik menjadi 23 persen pada 2025. Untuk capai target tersebut dibutuhkan pendanaan yang cukup besar. Ketertarikan investor untuk menanamkan uang di Indonesia di sektor EBT masih menjadi salah satu masalah. Itu yang harus kita jaga bagaimana transisi energi ini bisa dijaga kecepatannya,” lanjut Eka.
“Dan tentunya buat pebisnis, pertanyaannya adalah sustainability bagaimana bisnisnya bisa berkelanjutan, dan tentunya ini membutuhkan dukungan dan insentif kita bersama. Tapi kami percaya bahwa Indonesia ini is blessed dengan potensi energi terbarukan yang sangat besar,” pungkasnya.