Profil Agus Harimurti Yudhoyono, Ujung Tombak Partai Demokrat
Profil Agus Harimurti Yudhono merupakan topik yang menarik dibahas dalam belantikan politik Indonesia. Bukan saja karena ia menjadi penerus sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun karena ia merupakan salah satu tokoh yang mewakili kaum muda Indonesia di kancah politik.
Agus Harimurti Yudhono, atau yang akrab dipanggil AHY, merupakan Ketua Umum Partai Demokrat, yang merupakan partai pengusung ayahnya, SBY, hingga menjadi Presiden ke-6 Republik Indonesia.
Meski ayahnya seorang petinggi partai politik, AHY tidak langsung terjun ke politik. Sama seperti ayahnya, ia juga berkarir di militer, tepatnya di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).
Diketahui juga bahwa dirinya sudah menikah dengan wanita bernama Annisa Larasati Pohan pada 2005. Pasangan ini dikaruniai satu orang anak perempuan, yang bernama Almira Tunggadewi Yudhoyono.
Berikut ini adalah ulasan mengenai profil Agus Harimurti Yudhono, mulai dari masa kecil hingga perkenalan dan kiprahnya di dunia politik Indonesia.
Masa Kecil dan Cita-cita Menjadi Tentara
Tak lengkap rasanya jika mengulas mengenai profil Agus Harimurti Yudhono tanpa menilik masa kecilnya, dan perkenalan dirinya dengan dunia kemiliteran.
Agus Harimurti Yudhono lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 10 Agustus 1978, saat ayahnya memangku jabatan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad.
Diketahui bahwa AHY menghabiskan masa kecilnya dengan mengikuti sang ayah bertugas. Mengingat SBY kerap kali berpindah tempat tugas, demikian juga dengan AHY, serta Ibunya.
AHY sempat mengenyam pendidikan di Timor Timur ketika ayahnya mengemban tugas pada 1984 hingga 1988. Setelah itu, AHY mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Kuntum Wijaya Kusuma, Jakarta Timur. Setelah itu, mengikuti sang ayah, ia melanjutkan sekolah di David J. Brewer School, di Kansas, Amerika Serikat (AS).
Pada 1991, AHY menempuh pendidikan sekolah menengah pertama di SMP 5 Bandung. Hanya sebentar, ia kembali pindah ke SMP 20 Jakarta Timur, dan menyelesaikan jenjang pendidikan SMP di sini.
Usai menempuh pendidikan SMP, ia melanjutkan pendidikan menengah di SMA Taruna Nusantara, Magelang pada 1994. Selama pendidikannya, AHY dikenal sebagai murid yang aktif berorganisasi. Pada 1997, AHY meraih Garuda Trisakti Tarunatama Emas, predikat sebagai lulusan terbaik.
Besar di keluarga yang kental akan nuansa kemiliteran, membuat AHY mengikuti jejak sang ayah untuk terjun di dunia ini. Tak hanya sang ayah, kedua kakeknya juga bergelut di dunia militer. Kakek dari pihak ayahnya, adalah R. Soekotjo, yang merupakan pejuang kemerdekaan.
Sementara, dari pihak ibu, kakeknya adalah Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo, yang memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima Resimen Pasukan Khusus Angkatan Darat (RPKAD).
Karena cita-cita menjadi tentara, selepas lulus dari SMA Taruna Nusantara, AHY langsung melanjutkan ke Akademi Militer (AKMIL) pada 1997. Selama tahun pertama dan kedua di AKMIL, ia meraih Tri Sakti Wiratama, yang merupakan penghargaan yang diberikan atas prestasi kolektif dalam akademik, pendidikan jasmani dan kepribadian.
Prestasi ini membuat AHY dipilih sebagai Komandan Resimen Korps Taruna pada tahun 1999. AHY kemudian lulus AKMIL dengan predikat terbaik dan meraih Bintang Adi Makayasa pada Desember 2000.
Karir Militer Semakin Melejit hingga Menjadi Perwira Pasukan Perdamaian PBB
Setelah lulus dari AKMIL, AHY mengikuti Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan Kursus Combat Intel pada tahun 2001. Ia kemudian bergabung dengan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Pada 2002, AHY yang merupakan perwira Brigif Linud 17 Kostrad, menjadi Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak, yang ditugaskan dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh.
Selesai memimpin pasukan khusus dalam Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh, pada November 2006 AHY mengemban tugas sebagai perwira seksi operasi kontingen Garuda XXIII-A, untuk menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan Israel dan Libanon Selatan. Tugas ini ia emban ketika Israel dan Hizbullah terlibat dalam perang selama 34 hari.
Kontingen ini merupakan kontingen pertama Indonesia yang dikirim untuk misi perdamaian PBB di Libanon (United Nations Interim Force in Lebanon/UNIFIL). Sebagai perwira dalam jajaran UNIFIL, ia menginisiasi program mengurangi dampak trauma perang untuk anak-anak.
Terkait inisiatif ini, AHY diberi penghargaan Army Service Distinction Medal dari pimpinan Angkatan Bersenjata Libanon.
Seiring dengan bertambahnya pengalaman di lapangan, AHY mendapat promosi sebagai Komandan Kompi Yonif Linud 305/Tengkorak pada 2007. Pada tahun tersebut, AHY juga mengikuti kursus Scuba Divers TNI Angkatan Laut hingga 2008.
Tak hanya dihiasi prestasi kemiliteran, profil Agus Harimurti Yudhoyono juga dihiasi oleh kontribusinya dalam pencanangan fondasi pendidikan pertahanan dan keamanan Indonesia.
Ini ditunjukkan dengan permintaan Prof. Dr. Juwono Sudarsono selaku Menteri Pertahanan kepada dirinya, untuk bergabung dalam tim pendirian Universitas Pertahanan Indonesia.
Pendidikan kemiliteran AHY tak berhenti sampai di sini. Ia diketahui terus mengasah kemampuannya, dengan melanjutkan pendidikan di US Army Maneuver Captain Career Course, Fort Benning, AS pada 2011 dan menjadi lulusan terbaik.
Ia juga meraih medali dari Angkatan Bersenjata AS, yakni The Order of Saint Maurice dari Pimpinan Infanteri Nasional AS. Kembali ke Indonesia, ia mengemban jabatan sebagai Kepala Seksi Operasi di Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad.
Pada 2015, AHY kembali mengenyam pendidikan di AS, dan kemudian meraih predikat Summa Cum Laude dari US Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas.
Hingga awal 2016, AHY bertgas sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203 Arya Kamuning. Batalyon ini salah satu pasukan elit untuk pengamanan Ibu Kota Negara.
Semasa bertugas di TNI AD, AHY juga menempuh beberapa pendidikan tinggi formal. Ia diketahui memiliki tiga gelar pendidikan pasca-sarjana, yakni Master of Science in Strategic Studies di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura pada 2006.
Kemudian, Master in Public Administration dari Universitas Harvard, AS pada 2010, dan Master of Arts in Leadership and Management dari Webster University AS, dengan predikat Summa Cum Laude.
Masuk Panggung Politik Indonesia
Profil Agus Harimurti Yudhoyono di bidang politik dimulai dari pencalonan dirinya sebagai Calon Gubernur (Cagub) dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, pada akhir 2016.
Dalam "pertarungan" Pilgub DKI Jakarta 2017, AHY diusung oleh koalisi empat partai politik, yaitu Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN). Dalam gelaran Pilgub ini, AHY berpasangan dengan Sylviana Murni, sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub).
Sebelum ia mencalonkan diri sebagai Cagub DKI Jakarta, AHY terlebih dahulu mengajukan pensiun dini dari kedinasan TNI AD pada September 2016. Ia secara resmi pensiun dari TNI AD dengan pangkat Mayor.
Dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, pasangan Cagub-Cawagub, AHY-Sylviana Murni harus menghadapi persaingan sengit, karena harus "bertarung" dengan pasangan petahana Basuki Tjahja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi).
Dua pasangan lawan AHY ini, bisa dikatakan merupakan figur yang jauh lebih senior dibandingkan dirinya dalam kancah perpolitikan Indonesia. Meski demikian, ia tetap maju bersama Sylviana Murni.
Dalam putaran pertama Pilgub DKI Jakarta, pasangan AHY-Sylviana Murni berada di urutan ketiga dan tersingkir dalam "pertarungan" memperebutkan kursi Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Meski kalah, AHY legawa menerima keputusan tersebut. Ia diketahui langsung mengucapkan selamat secara pribadi kepada Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan, usai hasil hitung cepat atau quick count diumumkan.
Kekalahan dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 tidak menyurutkan minat AHY di bidang politik. Justru, kekalahan ini semakin mematangkan mentalnya sebagai politisi.
Selepas 2017 AHY tergolong aktif dalam dunia politik, khususnya di internal Partai Demokrat. Pada 17 Februari 2018, ia ditunjuk sebagai Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat.
Kogasma ini ditugaskan untuk mengawal Pemilhan umum kepala daerah (Pemilukada) 2018 dan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. AHY dipercaya memimpin upaya pemenangan Partai Demokrat pada Pemilukada 2018 dan Pemilu Legislatif 2019.
Ia kemudian menjadi juru kampanye Partai Demokrat dan mengonsolidasikan kader-kader di daerah guna memenangkan calon yang diusung oleh Partai Demokrat pada Pemilukada 2018. Partai Demokrat berhasil mencapai target awal 35% dari 171 pemilihan.
Pada Oktober 2019, AHY ditunjuk sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat. Belum setahun menjabat sebagai Waketum, pada 15 Maret 2020 AHY terpilih secara aklamasi oleh seluruh peserta Kongres ke-5 Partai Demokrat, menjadi Ketua Umum untuk periode 2020-2025, menggantikan SBY.
Demikianlah profil Agus Harimurti Yudhoyono, mulai dari masa kecilnya, hingga melangkah masuk belantika politik Indonesia, dan masih aktif sampai saat ini. Bahkan, ia digadang maju dalam gelaran Pemilu 2024 mendatang.
Dalam pesta demokrasi tersebut, ia diisukan akan berduet dengan Anies Baswedan. Kabar tersebut muncul dari simulasi lembaga survei Indopol yang dirilis pada 15 Juli 2022. Indopol melakukan simulasi dengan asumsi empat poros yang akan bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Poros pertama diisi oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Diikuti oleh poros kedua, yang diisi oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kemudian, poros ketiga terdiri dari tiga partai politik, yakni Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS. Poros terakhir, diisi oleh tiga partai politik, yaitu Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional.
Terkait isu menjadi Calon Wakil Presiden ini, AHY tidak membenarkan kabar tersebut. Meski demikian, ia tidak menyangkal bahwa dirinya memiliki hubungan yang baik dengan Anies Baswedan. Dalam beberapa kesempatan, AHY menyebut bahwa dirinya dan Anies kerap bertemu untuk bertukar pikiran dalam berbagai hal.