7 Inspirasi Puisi untuk Diri Sendiri
Puisi merupakan sebuah kata-kata yang indah dan mampu menyampaikan perasaan bagi penyairnya. Biasanya, puisi diberikan kepada orang lain sebagai tanda sayang, peringatan atau sindiran.
Namun, puisi juga bisa ditujukan untuk diri sendiri. Puisi untuk diri dapat berisi nasihat berupa petunjuk, teguran, dan peringatan kepada diri dan dijadikan sebagai referensi atau alasan agar menjadi lebih baik lagi.
Syair puisi juga dapat menjadi media untuk memberikan sebuah motivasi, terutama untuk diri sendiri. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengakuan dan kejujuran kepada hati agar lebih menghargai diri sendiri.
Mengutip buku Puisi Sunyi untuk Diri Sendiri (2017) karya M. Wahyu Husain, berikut ini contoh karya sastra puisi untuk diri sendiri, sebagai nasihat dan motivasi bagi para pembacanya.
1. Sunyi untuk Diri Sendiri
Jauh sebelum kata-kata
Menciptakan dirinya sendiri
Kesunyian telah lebih dulu merangkai
Tubuh manusia menjadi wujud
Sebelum kalimat-kalimat merangkai
Tubuhnya menjadi narasi yang utuh
Kesunyian telah lebih dulu bermukim
Dalam tubuh adam dan hawa
Jauh setelah manusia tecipta
Kesunyian masih terus tumbuh
Dalam getar-getir kegelisahan
Kesunyian masih terus tumbuh
Menjadi cahaya terang
Yang bersembunyi dibalik pekat malam
2. Kedamaian
Harus ku tunggu datangnya purnama
Ketika ku tanyakan padanya
Wajah ayu bergaun biru
Di matanya dan
Dalam jiwanya
Apa yang kau rindukan?
Dalam kegelapan sulit kubicara,
Katanya. Karena alam lenggang
Menuntunku ke bukit hampa
Tanpa raga
Dan jiwa yang merana
Bukankah kegelapan hati tidak ada?
Dalam jiwa yang merdeka?
Dan peita harapan
Tetap bersinar di alam redup, dalam
Cahaya keabadian
3. Tuhan, Izinkan aku Berontak
Tatkala dunia dalam hiruk pikuk
Tak berdaya yang kian takluk
Kini benar adanya nurani ubah kian bak terpuruk
Kini tepancar antara yang suci yang tak diiringi
Khianat yang semakin teriringi
Seitar yang kian seram
Pikiran tetutup gelap gulitanya malam yang kelam
Tak sanggup aku bayangkan tatlaka gundam
Terkaget dan penuh muram
Pada tiap yang dibenarkan
Rasa lawan selau dihujatkan
4. Aku adalah Aku
Malam ini,
Kutatap lagi cermin usang itu,
Berkaca, tajamkan mata,
Perlahan hati berbisik padanya,
Tentang apa yang kupunya,
Dan yang selalu jadi angan.
Aku adalah aku,
Bukan dia, bukan pula mereka,
Bukan sepercik harap yang menyembah,
Bukan segelintir asa yang tergantung,
Bukan pula angan yang samar.
Aku adalah aku,
Seorang manusia yang sadar,
Akan kurang dan lebih,
Akan keluh dan sukur,
Tentang segala yang terjadi,
Tanpa berontak di hati.