Jokowi Tak Takut Resesi Seks Terjadi di Indonesia, Apa Alasannya?
Resesi seks saat ini mengancam sejumlah negara seperti Jepang dan Korea Selatan. Meski demikian, Presiden Joko Widodo tak khawatir fenomena tersebut akan terjadi di Indonesia.
Ini karena pertumbuhan penduduk di dalam negeri mencapai 2,1 anak per wanita per tahun. Hal tersebut didukung dari jumlah masyarakat yang menikah mencapai 2 juta orang per tahun dengan total ibu hamil per tahun mencapai 4,8 juta orang.
"Artinya di Indonesia nggak ada resesi seks. Ini masih bagus, dan ingat bahwa yang namanya jumlah penduduk jadi sebuah kekuatan ekonomi sebuah negara," ujar Jokowi saat Rapat Kerja Nasional Penurunan Stunting di Jakarta, Rabu (25/1).
Resesi seks adalah adalah turunnya gairah berhubungan seks, menikah, atau memiliki anak. Adanya fenomena tersebut menyebabkan angka kelahiran terus merosot.
Meski demikian, hal yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana Indonesia menurunkan angka stunting. Oleh sebab itu, Jokowi meminta kementerian dan lembaga tak mengambil jalan pintas dalam mengatasi hal tersebut.
Jalur mudah yang dimaksud Kepala Negara adalah memberikan biskuit pada balita dalam kampanye stunting. Jokowi menginginkan bayi atau balita harus dikenalkan pada protein hewani.
"Kalau memberikan telur ikan kan gampang busuk, gampang rusak, cari mudahnya aja. Jangan dilakukan lagi," kata Presiden Jokowi dalam saluran resmi Sekretariat Presiden, Rabu (25/1).
Jokowi mengingatkan agar ibu dan ibu hamil harus mendapatkan asupan protein, seperti ikan dan telur ayam. Menurutnya, kualitas gizi memiliki posisi yang lebih penting dari kuantitas.
Jokowi mendata stunting pada 2014 mencapai 37%. Angka tersebut berhasil ditekan menjadi 24% pada 2021 dan 21% pada 2022. Adapun, target angka stunting pemerintah pada 2024 adalah 14%.
Jokowi menilai ada dua momen penting yang harus pemerintah lakukan untuk menurunkan angka stunting, yakni saat masa ibu hamil dan saat bayi berumur kurang dari 24 bulan.
"Saya yakin ini bukan persoalan yang susah diselesaikan," kata Jokowi.