Faisal Basri Sebut Capres Pengganti Jokowi Perlu Contoh BTS, Mengapa?
Indonesia akan memasuki pemilihan umum atau pemilu pada tahun depan. Ekonom senior Faisal Basri menilai calon presiden yang baru nantinya perlu memiliki perhatian yang sama dengan persoalan yang diusung anak muda sekarang. Salah satu pendekatan yang bisa dicontoh yakni cara BTS, boyband fenomenal Korea Selatan, yang mampu menggerakkan penggemarnya aktif dalam gerakan sosial seperti perubahan iklim.
Faisal sebetulnya mengaku pesimistis akan memperoleh calon presiden baru yang ideal. Hal ini karena ia mencurigai beberapa nama calon berasal dari satu 'bandar' yang sama sekalipun dari partai berbeda. Bandar yang dimaksud terutama para pengusaha yang aktif mengeruk dan merusak alam Indonesia.
"Saya pesimistis, tapi kita harus paksakan yang paling sedikit kelemahan atau sifat setannya. Itu mereka yang mengikuti agenda yang diusung anak muda. nah yang saya bayangkan yang jadi pendekayanya bukan pendekatan politik tetapi kultural, seperti yang dilakukan BTS dengan Army (sebutan untuk penggemar BTS)," kata Faisal dalam Peluncuran Survei Politik Kurious, Selasa (21/2).
Dia bilang sudah ada beberapa bukti yang menunjukkan seberapa kuat pengaruh BTS terhadap Army untuk terlibat dalam aksi-aksi sosial. Pada Juni 2022, Army diduga terlibat dalam aksi penggembosan kampanye calon Presiden AS Donald Trump di negara bagian Oklahoma. Banyak fans BTS mengantre daftar untuk hadir tetapi rupanya hanya 'prank'. Walhasil kampanye Trump saat itu sepi.
Hal itu dilakukan di tengah ramai dukungan BTS untuk gerakan Black Lives Matter, sementara Trump diduga berada di haluan yang berbeda terkait kampanye tersebut.
Oleh karena itu, menurutnya, akan menarik jika para Army bisa terlibat dalam proses politik dan menyuarankan aspirasinya. Indonesia memiliki populasi anak muda penggemar BTS dan boyband Korea Selatan yang cukup banyak. Belakangan juga sudah ramai konser para artis Korea Selatan di dalam negeri dan hasilnya, tiket terjual habis dengan cepat.
Pengemar BTS, yang kebanyakan anak muda juga dinilai cukup kompak mendukung isu yang dianggap mengancam masa depan generasi mereka. Mereka aktif mengkampanyekan penyelamatan lingkungan karena perubahan iklim hingga mendukung kampanye anti ujaran kebencian.
"Bukan BTS Army semata, tapi metodenya kultural, karena pendekatan politik untuk mengharapkan Pemilu bagus rasanya sudah buntu," kata Faisal.
Menurutnya, calon presiden pengganti Jokowi perlu membangun narasi yang pro terhadap keresahan anak muda seperti masalah tumpukan utang pemerintah yang berpotensi jadi beban generasi mendatang atau persoalan kerusakan lingkungan.
"Karena itu saya wanti-wanti pada kandidat jangan dekat-dekat dengan eksisting. Pak Jokowi kan maunya yang menang yang mendatang adalah yang ikuti cara dia, maka hancur Indonesia. Jokowi harus dijauhi kalau mau menang karena yang dilakukan Jokowi nyata-nyatanya merusak pondasi berbangsa dan bernegara," ujar Faisal.
