5 Hal yang Dibahas Jokowi dengan 5 Ketum Partai, Babak Koalisi Besar
Presiden Joko Widodo bertemu dengan pimpinan 5 partai politik pendukung pemerintahan pada Minggu (2/4). Pertemuan digelar sekaligus buka puasa bersama yang dilaksanakan di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional.
Jokowi tiga di kantor PAN sekitar pukul 11.30 WIB. Ia lalu membuka acara bertajuk Silaturahmi bersama Presiden Joko Widodo dan dilanjutkan dengan Salat Zuhur berjamaah. Kegiatan dilanjutkan dengan menggelar pertemuan terbatas bersama para ketua umum partai.
Pada pertemuan itu lima ketua umum partai pendukung pemerintah hadir. Mereka adalah Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Mardiono, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar.
Dua ketua umum partai lain yang juga merupakan partai pendukung pemerintah tidak hadir di lokasi. Mereka adalah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Zulkifli Hasan menjelaskan Megawati dan Surya Paloh turut diundang namun tidak hadir karena sedang berada di luar negeri. Namun, Wakil Ketua Umum Nasdem Ahmad Ali mengatakan partainya tidak mendapat undangan.
“Kami kebetulan kali ini tidak diundang. Kami tidak tahu apa yang mereka bicarakan menurut saya pasti baik untuk bangsa,” ujar Ahmad Ali saat dikonfirmasi Katadata.co.id.
Apa saja yang dibahas oleh Presiden Jokowi bersama lima ketua umum partai politik dalam pertemuan tersebut? Berikut rinciannya.
1. Bahas Elektabilitas Prabowo
Presiden Joko Widodo menyatakan kenaikan elektabilitas Prabowo Subianto dalam bursa calon presiden 2024 bukan disebabkan oleh dirinya. Hal itu disampaikan Jokowi menanggapi saat menghadiri silaturahmi partai pendukung pemerintah di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional, Minggu (2/4).
“Saya pikir-pikir naiknya elektabilitas dia (Prabowo) bukan karena saya tapi karena beliau sendiri dan Gerindra,” ujar Jokowi.
Kenaikan elektabilitas Prabowo sebelumnya juga sempat disinggung oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Dalam sambutannya Zulkifli menyebut naiknya elektabilitas Prabowo terlihat pesat sejak sering ikut mendampingi Presiden Jokowi dalam sejumlah kunjungan kerja.
“Katanya kalau kita berbisnis mesti ikut yang lagi harum. Jadi tidak heran kalau Pak Prabowo ikut Jokowi panen padi survei naik. Jadi kalau ikut yang auranya lagi naik kita ikut naik,” ujar Zulkifli.
Menurut Jokowi naik atau turunnya elektabilitas partai dan calon presiden yang akan maju pada pemilu dan pemilihan presiden 2024 mendatang tergantung pada usaha masing-masing partai. Dia menyebut tidak memiliki perlakuan khusus terhadap Prabowo.
Lebih jauh Jokowi mengatakan memberikan dukungan pada setiap partai untuk membangun koalisi menghadapi pemilihan presiden dan pemilu. Dia menyebut selalu memberi dukungan kepada partai-partai yang selama ini telah mendukung pemerintahan.
2. Ajak Pimpinan Partai Koalisi Lain Ikut Kunker
Masih dalam konteks kunjungan kerja dengan Prabowo yang dinilai bisa mendongkrak elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra itu, Jokowi menyebut tidak memberi perhatian khusus kepada salah satu partai. Ia pun mengaku sebagai presiden tidak memiliki kapasitas untuk memberikan dukungan kepada ketua umum partai politik maju dalam pilpres.
Meski begitu Jokowi berkelakar akan mengajak pimpinan partai politik pendukung pemerintah lainnya untuk ikut dalam kunjungan kerja yang akan dilakukan. Kelakar Jokowi itu mendapat respon hangat dari pimpinan partai yang hadir saat itu.
“Tapi kalau Pak Zul diajak mestinya yang lain juga diajak meski sebenarnya efeknya ga ada,” ujar Jokowi.
3. Curhat Pusing Memikirkan Urusan Bola
Usai berbicara mengenai dinamika politik yang sedang berkembang mengenai elektabilitas, Presiden Joko Widodo kemudian meluahkan perasaan yang ia rasakan setelah Indonesia batal menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U20.
“Urusan bola ini memang pusing saya dua minggu gara-gara bola,” ujar Jokowi di Kantor DPP PAN, Minggu (2/4).
Jokowi kemudian mengungkapkan kekecewaannya atas batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Ia menyebut terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah pelaksanaan Piala Dunia U20 oleh Federasi Sepakbola Dunia atau FIFA pada 2019 lalu merupakan proses yang panjang dan tidak mudah.
Menurut Jokowi untuk bisa menjadi tuan rumah, Indonesia telah bersaing dengan lebih dari 30 negara. Pemerintah juga telah melakukan sejumlah lobi agar bisa menjadi tuan rumah. Harapannya Indonesia bisa mendapat efek berganda dengan menjadi tuan rumah baik dari segi investasi maupun perputaran ekonomi.
“Kita menyiapkannya tiga tahun dan itu tidak mudah,” ujar Jokowi.
Jokowi kemudian menjelaskan bahwa pada saat dipilih oleh FIFA Indonesia telah menyatakan kesiapan menjadi penyelenggara. Indonesia pun telah menyatakan siap dengan segala konsekuensi yang akan dihadapi. Ia juga menyinggung persetujuan yang telah ditandatangani oleh kepala daerah yang terpilih menjadi tempat pelaksanaan pertandingan.
Sebelumnya Piala Dunia U20 rencananya akan dilaksanakan di enam provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan Sumatera Selatan. Namun kemudian Gubernur Bali I Wayan Koster menyatakan tidak bersedia menjadi tuan rumah lantaran keikutsertaan tim nasional Israel.
Pernyataan yang sama kemudian juga dilontarkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kedua gubernur berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang merupakan partai utama pengusung Jokowi.
Saat menceritakan batalnya Indonesia menjadi tuan rumah, gestur Jokowi terlihat lebih tegang. Ia berbicara sambil memainkan ujung dan kancing kemeja putih lengan panjang yang digunakan. Sikap ini berbeda dengan saat Jokowi berbicara mengenai Prabowo yang terlihat lebih santai dan diselingi gelak tawa.
Setelah mencurahkan perasaannya, Jokowi menutup persoalan bola dengan menyebut apa yang terjadi sebagai kehendak Tuhan. Ia kemudian meminta para ketua umum partai yang hadir kembali fokus pada urusan kebangsaan lain.
“Ya itu sudah jadi kehendak Allah kita terima sebagai sebuah pembelajaran ke depan agar tidak terjadi lagi itu saja yang bisa kita ambil dari urusan bola,” ujar Jokowi.
4. Bahas Soal Pilpres
Bahasan ketiga yang menjadi perhatian Jokowi dalam sambutan di acara silaturahmi adalah persoalan pemilihan presiden. Ia menyebut terbentuknya koalisi partai menghadapi pemilihan presiden tidak ada kaitan dengan dirinya.
Saat ini partai pendukung pemerintah terbagi dalam tiga koalisi. Golkar, PAN dan PPP tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu. Gerindra dan PKB tergabung dalam Koalisi Indonesia Raya. Sedangkan Nasdem bergabung dalam Koalisi Perubahan dan Persatuan bersama dua partai oposisi yaitu Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.
Menurut Jokowi dia tidak pernah memberi restu atau turut membahas lahirnya KIB dan KIR. Namun seringkali para ketua umum partai menarasikan seolah-olah koalisi terbentuk dengan restu dari Jokowi.
“(Soal Koalisi) Seringnya ketua partai ini mengatakan sudah direstui presiden. saya lihat apa hubungannya,” ujar Jokowi.
5. Koalisi Besar
Usai memberi sambutan di pembukaan silaturahmi, Jokowi dan para ketua umum partai kemudian menggelar pertemuan terbatas. Usai pertemuan, Ketua Umum Partai Gerindra mengatakan menemukan kesamaan pemikiran dengan empat ketua umum partai politik mengenai pemilihan presiden 2024 mendatang.
"Ternyata ada (kesamaan), kami merasakan ada frekuensi yang sama, ada kecocokan dan kalau dilihat dari pimpinan partai, kami sudah masuk dengan Cak Imin kami masuk timnya Pak Jokowi semua sekarang," kata Prabowo Subianto usai pertemuan.
Menurut Prabowo kesepakatan untuk bergabung dalam koalisi besar didasari pada dinamika yang terjadi. Dengan adanya pernyataan kesatuan yang disampaikan Prabowo maka sinyal kelima partai tergabung dalam satu koalisi besar terbuka lebar.
Kelima partai bersepakat bahwa banyak tantangan yang dihadapi dalam berbangsa dan bernegara. Prabowo menyebut tantangan geopolitik menjadi salah satu pertimbangan.
“Untuk ini kami butuh kerja sama yang solid, frekuensi yang sama," ujar Prabowo.
Lebih jauh Prabowo mengatakan setelah ini ketua umum lima partai akan lebih sering bertemu. Salah satu yang menjadi perhatian adalah memastikan keberlanjutan pembangunan yang selama ini telah dilakukan di masa pemerintahan Jokowi dan Ma’ruf Amin bisa terus berjalan.
Meski begitu Prabowo menyebut para ketua umum belum membahas secara spesifik mengenai calon presiden yang akan diusung. Namun, dia mengakui elektabilitasnya sebagai bakal capres di beberapa survei naik karena pemerintahan dianggap berhasil.
"Kami ini bagian dari pemerintah, kalau pemerintah berhasil ya kami ikut naik, kalau pemerintah tidak bagus kami ikut turun, saya kira sederhana itu ya," ujar Prabowo.