Wapres Ma'ruf Amin Peringatkan Maskapai Pengangkut Haji

Amal Ihsan Hadian
8 Juni 2023, 19:40
Jamaah calon haji kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Palembang berjalan menaiki tangga pesawat di Bandara Internasional Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (27/5/2023). Sebanyak 354 jamaah calon haji asal Kabupate
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Jamaah calon haji kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Palembang berjalan menaiki tangga pesawat di Bandara Internasional Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (27/5/2023). Sebanyak 354 jamaah calon haji asal Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur tiba di Asrama Haji Palembang diberangkatkan ke Madinah, Arab Saudi.

Berbagai masalah dalam penerbangan jemaah haji mendapat atensi dari Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Wapres meminta maskapai penerbangan yang menangani pemberangkatan haji, yakni Saudia dan Garuda Indonesia, untuk menepati jadwal keberangkatan yang telah disepakati.

“Saya harap maskapai menghindari delay,” ujar Ma'ruf Amin saat memberikan keterangan pers usai meninjau Batamindo Green Farm, Kepulauan Riau, pada Rabu (7/6). Menurut Wapres, keterlambatan penerbangan akan memberi efek domino yang negatif bagi para jamaah haji, terutama yang berasal dari pelosok.

“Jamaah haji kita itu dari kampung-kampung, kemudian masuk ke embarkasi-embarkasi, itu sudah melelahkan. Kalau dia harus menunggu lagi, itu kelelahannya bertambah lagi, belum nanti sampai (di Tanah Suci),” ujar Wapres. Terlebih lagi, tahun ini banyak jamaah haji asal Indonesia merupakan jemaah lansia.

Ia meminta maskapai menjalankan permintaan Kementerian Agama Indonesia yang sudah membuat seruan agar tidak terjadi lagi keterlambatan maupun masalah lainnya. "Kalau (sampai) terjadi lagi, tentu ada konsekuensi- konsekuensi yang harus dikompensasikan kepada jamaah,” kata Wapres.

Sebelumnya Kementerian Agama (Kemenag) mengungkapkan kekecewaannya terhadap layanan maskapai penerbangan Saudia yang beberapa kali terlambat dan mengubah kapasitas kursi pesawat yang digunakan untuk mengangkut jemaah haji Indonesia. Tindakan itu dilakukan secara sepihak, tanpa persetujuan Kemenag selaku otoritas penyelenggara ibadah haji Indonesia.

Padahal Kemenag sudah menyusun kelompok terbang (Kloter) berdasarkan kapasitas seat setiap penerbangan. Tiap Kloter terbagi menjadi beberapa rombongan. Akibat perubahan mendadak kapasitas pesawat tersebut, beberapa jemaah haji tidak bisa terbang bersama Kloter dan rombongannya.




Nasrullah Jasam, Kepala Kantor Urusan Haji Indonesia di Arab Saudi, mengungkapkan, keterlambatan penerbangan dan tertinggalnya sebagian jemaah ini menimbulkan efek domino pada pelayanan yang lain. Jemaah haji gelombang pertama yang tertinggal atau terlambat misalnya, yang seharusnya bisa melaksanan Arba'in atau shalat berjamaah 40 waktu di Masjid Nabawi, kemungkinan tidak akan mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan ibadah sunnah tersebut.

Contoh lain, konsumsi yang sudah disiapkan Panitia Penyelanggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi ketika jemaah datang, tentu tidak layak untuk dikonsumsi lagi ketika jemaah haji terlambat datang. Sementara jam makan berikutnya masih terlalu lama sehingga tidak ada makanan yang tersedia untuk jemaah haji ketika mereka datang.

Untuk mencegah peristiwa keterlambatan dan perubahan seat penerbangan ini terus terjadi, Kantor Urusan Haji Indonesia di Jeddah sudah memanggil dan bertemu dengan perwakilan Saudia dan Garuda Indonesia, dua maskapai yang bertanggungjawab dalam penerbangan haji Indonesia.

Dalam pertemuan itu, menurut penjelasan maskapai ke kantor haji, keterlambatan dan perubahan seat itu terjadi akibat pesawat yang disewa Saudia datang terlambat. Padahal maskapai harus menginspeksi ulang pesawat untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan. Makanya, timbul keterlambatan atau penggantian pesawat dengan jumlah kursi yang berbeda dari kesepakatan awal dengan Kementerian Agama Indonesia.

Meski memahami menjaga keselamatan dan keamanan penerbangan penting, Nasrullah menilai, keterlambatan dan perubahan seat pesawat jelas sangat merugikan jemaah haji Indonesia. Karena itu, pemerintah Indonesia menegaskan tidak ingin kejadian-kejadian keterlambatan penerbangan dan perubahan pesawat seperti yang terjadi pada gelombang pertama penerbangan haji terulang.

Aturan dari Kerajaan Arab Saudi, penerbangan haji hanya boleh dilakukan flag carrier Arab Saudi dan negara asal haji. Pemerintah Indonesia menugaskan Saudia, maskapai nasional Arab Saudi untuk mengangkut 101.809 jemaah haji Indonesia yang terbagi dalam 250 Kloter. Sementara Garuda Indonesia mengangkut 104.172 jamaah haji yang terbagi menjadi 287 Kloter.

Fase pemberangkatan jemaah haji Indonesia menuju Arab Saudi masuk gelombang kedua mulai Kamis (8/6). Gelombang pertama pemberangkatan berlangsung selama 24 Mei-7 Juni 2023. Jemaah haji diterbangkan dari Indonesia ke Bandara Prince Muhammad bin Abdul Azis di Madinah, Arab Saudi. Mulai 2 Juni hingga 16 Juni 2023, jemaah gelombang 1 ini bergeser dengan bus dari Madinah ke Mekah untuk menjalani umrah wajib.

Sementara gelombang kedua pemberangkatan berlangsung selama 8-22 Juni 2023. Jemaah haji terbang dari Indonesia ke Bandara King Abdul Azis di Jeddah, Arab Saudi. Tanpa menginap di Jeddah, jemaah haji langsung diberangkatkan via bus dari bandara ke Mekah untuk menjalani umrah wajib.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...