Luhut Gandeng Kongo dan Brasil Garap Industri Hutan dan Tambang
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengajak 20 negara lain mengembangkan industri hutan tropis dan mineral kritis. Pertemuan tersebut akan dilakukan di Bandung, Jawa Barat pada Oktober 2023.
Luhut mengatakan Indonesia akan bekerja sama secara khusus dengan Kongo dan Brasil dalam mengelola industri hutan tropis dan mineral kritis. Kerja sama tersebut penting agar negara berkembang dapat naik kelas menjadi negara maju.
"Sebagai guyon, kerja sama ini seperti kartel. Jadi, negara-negara berkembang harus sama, tidak boleh didikte," kata Luhut dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR, Jumat (9/6).
Luhut berpendapat negara berkembang harus dapat menikmati nilai tambah dari pengolahan mineral maupun industri hutan tropis. Oleh karena itu, Indonesia, Kongo, dan Brasil akan membentuk South-South Collaboration dalam pengembangan industri tersebut.
Pertemuan pada Oktober tersebut akan dihadiri 12 negara dari Benua Afrika dan 8 negara dari Amerika Selatan. Luhut berharap pertemuan tersebut akan mengulang semangat Asia-Afrika pada 1955.
Luhut mencatat beberapa komoditas yang sedang dikembangkan di dalam negeri adalah nikel, bauksit, timah, tembaga, dan silika. Pemerintah akan mendorong pengembangan hilirisasi dalam membuat fiberglass atau serat optik.
Fiberglass adalah inti kabel yang digunakan untuk menghubungkan jaringan internet. Pada 2019, kapasitas produksi serat optik nasional mencapai 10 juta kilometer atau setara dengan 200.000 Km kabel serat optik.
Luhut mengatakan hilirisasi produk tersebut dapat menciptakan 60.000 industri turunan. Sebagai informasi, industri turunan pengolahan bijih nikel adalah sendok, garpu, dan alat operasi.
Oleh karena itu, Luhut menilai konsistensi program hilirisasi selama 20 tahun akan membuat Indonesia masuk dalam kelompok negara berpendapatan tinggi. Menurutnya, program hilirisasi tidak boleh dilihat secara terpisah, tapi harus secara holistik.