Megawati Heran TVRI Kalah dari TV Swasta
Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati soekarnoputri mengaku heran karena TVRI kalah saing dengan TV swasta.
"TVRI ini kok seperti fading away, kok begitu, rakyat lebih senang TV-TV swasta," kata Mega di Auditorium LPP TVRI, Jakarta Pusat, Senin (12/6).
Megawati menyampaikan hal tersebut ketika memberi sambutan dalam agenda penandatanganan MoU antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI).
Pada agenda tersebut, Mega berkapasitas sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN. Mega mempertanyakan mengapa hal tersebut bisa terjadi, padahal menurutnya TVRI merupakan stasiun TV nomor satu di Indonesia.
"Terus saya pikir, ini kurangnya apa ya, apa TV swasta dapat memberikan presentasi menarik dan sebagainya," katanya.
Di sisi lain, pada kesempatan tersebut Mega memberi sambutan dan menandatangani perjanjian kerja sama antara TVRI dengan BRIN.
Ia mengatakan, kerja sama didasari karena BRIN tidak memiliki media untuk publikasi. Dengan demikian, BRIN menggandeng TVRI untuk bekerja sama mempublikasikan karya BRIN.
TVRI Lokal Jadi Stasiun TV yang Paling Banyak Dipercaya
Namun demikian, survei Kementerian Kominfo bersama Katadata Insight Center mengungkapkan masyarakat Indonesia umumnya lebih memercayai informasi dari media televisi ketimbang media cetak atau online.
Adapun stasiun televisi daerah yang paling banyak dipercaya oleh responden survei ini adalah TVRI Lokal dengan persentase 35,3%. Di bawahnya ada JTV, RTV, Banten TV, dan Bali TV dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
Sebagian besar atau 77,8% responden menyatakan, hal yang membuat mereka memercayai informasi dari televisi adalah keunggulannya dalam mencantumkan sumber berita yang jelas.
Selain paling dipercaya, TVRI Lokal juga menjadi stasiun televisi daerah yang paling banyak ditonton. Sebanyak 36,4% responden mengaku lebih sering mengakses TVRI Lokal dibanding televisi daerah lainnya.
Responden yang terlibat dalam survei ini berjumlah 10.000 orang yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. Kriteria responden merupakan anggota rumah tangga berusia 13-70 tahun serta pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir.