Perombakan Hukum Jadi Pemicu Demonstrasi Besar-Besaran di Israel
Ribuan orang menggelar demonstrasi di Israel usai pemerintah dan parlemen negara tersebut meloloskan RUU perombakan yudisial yang menyasar Mahkamah Agung. Para demonstran mengkhawatirkan revisi tersebut membuka pintu penyalahgunaan kekuasaan.
Demonstrasi mulai digelar di Tel Aviv pada Senin (24/7) pagi. Menjelang sore, ribuan orang di kota-kota lain ikut menggelar aksi, memblokir jalan, hingga berujung bentrok dengan polisi.
Meski demikian, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu tak bergeming dan akan tetap melanjutkan langkahnya. Netanyahu mengatakan dirinya akan berdialog dengan semua pihak yang beroposisi.
"Bahwa pengadilan akan tetap independen," kata Netanyahu dikutip dari Reuters, Selasa (25/7).
Mahkamah Agung merupakan institusi hukum tertinggi di Israel. Lembaga ini dianggap paling berpengaruh di Israel lantaran bisa memutuskan legalitas keputusan negara hingga UU yang dikeluarkan parlemen Israel.
Dikutip dari The Guardian, revisi tersebut diajukan oleh politisi Partai Likud yakni Rariv Levin dan anggota parlemen dari Partai Zionis Religius Simcha Rothman. Dengan revisi aturan, mahkamah tak bisa membatalkan keputusan pemerintah jika dianggap tak masuk akal.
Levin dan Rothman telah lama menyerang Mahkamah Agung Israel. Mereka menganggap mahkamah terlalu kuat dan bias terhadap gerakan pemukim, komunitas ultra-religius, serta keturunan Yahudi yang berasal dari Timur Tengah.
Banyak masyarakat Israel memprotes Mahkamah Agung, terutama saat pengadilan memutuskan penarikan Israel dari Jalur Gaza pada 2005.
Krisis menyebabkan masyarakat Israel terpecah hingga menggelar demonstrasi terbesar sepanjang sejarah negara tersebut. Bahkan, militer juga memprotes dan tak akan melapor untuk bertugas.
"Ini hari yang menyedihkan bagi demokrasi, kami akan melawan," kata seorang demonstran bernama Inbar Orpaz saat berorasi di luar parlemen.