Elon Musk Ungkap Alasan Matikan Starlink Saat Ukraina Mau Serang Rusia
Pemilik SpaceX, Elon Reeve Musk menjelaskan alasan di balik keputusannya menolak permintaan Ukraina untuk mengaktifkan jaringan satelit Starlink di kota pelabuhan Sevastopol di Krimea tahun lalu. Dalam unggahan media sosial X miliknya Elon mengatakan tak mau terlibat secara langsung dengan perang yang tengah berlangsung antara Ukraina dan Rusia.
“Jika saya menyetujui permintaan mereka, maka SpaceX akan secara eksplisit terlibat dalam tindakan besar perang dan eskalasi konflik,” ujar Musk seperti dikutip dari akun X @elonmusk, Senin (11/9).
Penjelasan Elon atas peristiwa tahun lalu itu muncul setelah CNN mengutip kutipan dari biografi baru Musk yang mengatakan dia memerintahkan jaringan Starlink dimatikan di dekat pantai Krimea tahun lalu untuk mengganggu serangan diam-diam di Ukraina. Dalam penjelasannya Elon mengatakan dia khawatir akan terlibat dalam tindakan perang besar bila membantu serangan Ukraina terhadap armada Rusia di sana.
Menurut Elon, saat permintaan itu datang Ukraina mengirimkan permintaan darurat untuk mengaktifkan Starlink hingga Sevastopol. Meski begitu Elon tak memerinci lebih detail kapan tanggal permintaan itu dibuat. “Tujuannya jelas adalah untuk menenggelamkan sebagian besar armada Rusia yang sedang berlabuh,” tulis Musk.
Rusia, yang merebut semenanjung Krimea yang strategis pada tahun 2014, menyandarkan Armada Laut Hitamnya di Sevastopol dan telah menggunakan armada tersebut dalam blokade de facto terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina sejak invasi skala penuh pada 2022. Armada Rusia juga menembakkan rudal jelajah ke sasaran sipil Ukraina. Sedangkan Kyiv telah melancarkan serangan terhadap kapal Rusia menggunakan drone maritim.
Dalam tulisan CNN yang mengutip pada biografi baru Walter Isaacson "Elon Musk", yang akan dirilis Simon & Schuster menjelaskan bahwa ketika drone kapal selam Ukraina yang berisi bahan peledak mendekati armada Rusia pada 2022, mereka kehilangan konektivitas dan terdampar di darat.
Saat itu Musk mendapat desakan dari pejabat Ukraina agar ia menghidupkan kembali satelitnya. Musk menolak permintaan itu atas alasan kemanusiaan. Ia menyebut produk yang ia ciptakan tidak dibuat untuk membunuh orang.
Musk menjelaskan persyaratan layanan SpaceX telah dengan jelas melarang Starlink melakukan tindakan militer ofensif. Dia menyebut sebagai perusahaan dengan sistem sipil Starlink tidak bisa melakukan hal yang dilarang. “Saya ingin membantu manusia, tidak untuk membunuh mereka,” ujar Musk.
Lebih jauh ia menjelaskan saat ini SpaceX sedang membangun Starshield untuk pemerintah AS, yang serupa Starlink tetapi jauh lebih kecil. Produk baru itu nantinya tidak harus menangani jutaan pengguna. Sistem itu akan dimiliki dan dikendalikan oleh pemerintah AS.
SpaceX, melalui sumbangan pribadi dan berdasarkan kontrak terpisah dengan lembaga bantuan luar negeri AS, telah menyediakan layanan internet Starlink kepada Ukraina dan militer negara tersebut. Layanan starlink mencakup jaringan lebih dari 4.000 satelit yang berkembang pesat di orbit rendah bumi. Pentagon mengatakan pada bulan Juni Starlink SpaceX memiliki kontrak Departemen Pertahanan untuk membeli layanan satelit untuk Ukraina.
Mengomentari laporan di televisi nasional Ukraina, Vadym Skybytskyi, seorang perwira di Direktorat Intelijen GUR Kementerian Pertahanan Ukraina, tidak secara langsung menjawab apakah Musk telah menolak permintaan Ukraina. Namun dia mengatakan perlunya penyelidikan dan menunjuk kelompok tertentu untuk menyelidiki apa yang terjadi.
Seorang juru bicara Pentagon menolak mengomentari keputusan Musk. Meski begitu dia menyebut pemerintah Amerika akan melakukan berbagai pendekatan. "Departemen terus bekerja sama dengan industri komersial untuk memastikan kami memiliki kemampuan yang tepat yang dibutuhkan Ukraina,” ujar pejabat tersebut.