Jokowi Dorong Komitmen Atasi Sampah Laut Global di AIS Forum
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong 51 negara anggota Archipelagic and Island State (AIS) untuk menyelesaikan persoalan pencemaran laut. Masalah sampah dan pencemaran laut merupakan tantangan besar yang dihadapi negara kepulauan.
Tanggungjawab bersama yang harus dihadapi oleh seluruh negara anggota AIS, baik negara maju maupun negara berkembang. "Laut bukanlah pemisah antar daratan, tapi laut justru pemersatu antar daratan. Laut justru perekat dan penghubung antar daratan," ujar Jokowi saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) AIS Forum 2023 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali pada Rabu (11/10).
Jokowi menyebut kegiatan membuang sampah di lautan bakal menjadi masalah turunan. "Jika kita membuang sampah di daratan, belum tentu sampah tersebut berpindah ke daratan di belahan dunia lain, tapi jika kita membuang sampah di lautan maka sampah itu sangat bisa sampai ke daratan manapun di dunia," kata Jokowi.
Jokowi menyatakan penyelesaian tiga ancaman krusial merupakan tanggungjawab bersama yang harus dihadapi oleh seluruh negara anggota AIS, baik negara maju maupun negara berkembang.
Pemerintah juga telah berkomitmen untuk memberikan pendanaan sebesar US$ 5 juta selama 2022-2025 untuk mendukung eksistensi AIS Forum. Pendanaan tersebut diharap mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. "Indonesia juga berkomitmen menyiapkan dana hibah untuk dimanfaatkan bagi kepentingan negara kepulauan dan negara berkembang," kata Jokowi.
Sebelumnya, Jurnal Science bertajuk ‘Plastic Waste Inputs From Land into the Ocean’ yang diterbitkan pada 2015 lalu, Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik kelautan nomor dua dunia dengan 187,2 juta ton. Posisi pertama ditempati oleh Cina dengan pemasok 262,9 juta ton sampah plastik ke laut. Sedangkan posisi tiga, empat dan lima diisi secara berurutan oleh Filipina dengan 83,4 juta ton, Vietnam 55, 9 juta ton dan Sri Lanka sebanyak 14,6 juta ton.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI menyatakan bahwa sampah plastik yang bocor ke laut mencapai 0,27 - 0-59 juta ton per tahun. Melansir data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 39,63% diantaranya berasal dari timbulan sampah rumah tangga.
Sumber timbunan sampah nasional terbesar berikutnya ialah perniagaan, yakni 21,07%. Kemudian 16,08% timbunan sampah berasal dari pasar. Ada pula 7,14% timbulan sampah yang berasal dari kawasan komersial/industri/kawasan lainnya, 6,82% dari fasilitas publik, 5,96% dari perkantoran, dan 3,3% berasal dari sumber-sumber lainnya.
Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbunan sampah nasional berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Diikuti sampah plastik dengan proporsi 18,55%. Jawa Tengah menjadi penghasil sampah terbesar pada 2022 mencapai 4,25 juta ton atau 21,85% dari total timbunan sampah nasional.
Perwakilan Uni Eropa untuk Indonesia, Seth van Doorn mengatakan, aneka sampah plastik mengancam perairan laut. Dia menilai kurang lebih 60% sampai 90% dari sampah yang tercecer di laut adalah sampah plastik, utamanya sedotan plastik, minuman gelas dan kantong plastik.