Jokowi Buntuti Ganjar di Indonesia Timur, Cegah Popularitas Terkikis?
Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo belakangan seiring dengan pergerakan kampanye calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo. Hal ini terlihat terutama saat Jokowi melakukan kunjungan kerja di Indonesia Timur.
Terbaru, Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Timur (NTT) dan bermain sepak bola bersama masyarakat Kabupaten Manggarai Barat. Kunjungan ini digelar usai Ganjar melakukan kampanye di Kupang, NTT pada 1 Desember lalu.
Sebelumnya, Ganjar sempat mengunjungi Manokwari, Papua Barat pada 21 November. Sehari setelahnya, Jokowi tiba di Kabupaten Biak Numfor, Papua serta bermain sepak bola bersama sejumlah masyarakat.
Sejumlah pakar politik menilai kunjungan kerja Jokowi ke sejumlah wilayah di Indonesia Timur upaya untuk mempertahankan basis suara pemenangan saat Pilpres 2014 dan 2019. Ujungnya, dampak elektoral akan dinikmati pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), Hurriyah mengatakan wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua merupakan medan perebutan suara antara pasangan Ganjar-Mahfud dengan suara pemilih Jokowi yang popularitasnya di bumi cenderawasih tinggi.
"Indonesia timur itu menjadi basis kemenangan Pak Jokowi, juga PDIP," kata Hurriyah saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Selasa (5/12).
Hurriyah menyebut besaran perolehan suara PDIP di Papua yang berada di kisaran 50% pada pemilu 2019 berjalan beriringan dengan basis suara pemilih Jokowi.
Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP UI itu juga menyebut Jokowi merupakan sosok yang sangat populer di Indonesia Timur, dengan elektabilitas yang tetap tinggi. Hal ini terlihat dari penjaringan opini yang dilakukan lembaga survei.
Hasil sigi Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada awal November lalu menujukkan bahwa PDIP masih berada di posisi teratas terkait basis suara partai untuk wilayah Bali-Nusa dan Maluku-Papua.
PDIP berada di posisi paling wahid untuk basis suara di Maluku-Papua dengan 23,8%. Hal serupa juga terjadi di wilayah Bali-Nusa dengan perolehan basis suara PDIP mencapai 33,6%. Mengungguli basis suara Partai Golkar dan NasDem yang masing-masing berada di persentase 14,7% dan 12,2%.
Survei Indikator pada 27 Oktober-1 November 2023 juga menunjukkan tren simetris antara pemilih Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud di wilayah Bali-Nusa dengan persentase msaing-masing 38% dan 39,6%.
Meski begitu, suara Prabowo-Gibran secara perlahan mengimbangi tren pemilih Ganjar-Mahfud yang cenderung menurun. Survei Indikator pada 16-20 Oktober menunjukkan tren pemilih Ganjar-Mahfud di Bali-Nusa berada di 42,6%, masih mengungguli pemilih Prabowo-Gibran di 29,7%.
Tren serupa juga terjadi di wilayah Maluku-Papua. Pasangan Ganjar-Mahfud mengalami tren penguatan dengan 37,6% dari hasil survei pada 27 Oktober-1 November 2023. Sementara pasangan Prabowo-Gibran berada di 32,9%.
Kendati wilayah Indonesia Timur menjadi area perebutan suara antara Ganjar dengan Jokowi, Hurriyah menyebut basis suara pasangan capres cawapres yang diusung oleh Koalisi PDIP belum cukup kuat untuk menandingi popularitas Jokowi.
"Bisa dilihat berapa sering Pak Ganjar-Mahfud mengunjungi Indonesia Timur dibandingkan Pak Jokowi," ujarnya.
Berdasarkan hasil rekapitulasi Pilpres 2019, pasangan Jokowi-Ma ruf Amin mencatat kemenangan terbesar di Bali, Papua dan Nusa Tenggara (NTT) dengan perolehan suara lebih dari 80%.
"Pak Jokowi ingin berusaha menjaga suara di Indonesia Timur untuk diarahkan memilih capres yang didukungnya," ujar Hurriyah.
Sedangkan Ganjar merasa pergerakannya tidak dibuntuti Jokowi. Ia menilai Jokowi, sebagai seorang Presiden, memang boleh untuk bepergian ke manapun.
"Saya selalu menghormati, tidak apa-apa," kata Ganjar di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (4/12).
Sulit Menggeser Jokowi di Indonesia Timur
Senada dengan Hurriyah, Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Nyarwi Ahmad mengatakan kampanye Ganjar Pranowo di Papua dan NTT tak akan menggerus basis suara Jokowi.
Hal ini didasari oleh Ganjar-Mahfud yang belum mampu menyaingi popularitas Jokowi di Indonesia Timur meski mendapat dukungan dari PDIP. Nyarwi menyebut suara pemilih di Indonesia Timur cenderung mengarah kepada pimpinan populis dan nasionalis seperti Jokowi.
"Kalau menggerus suara Ganjar, saya tidak melihat gejala itu. Tapi bahwa Pak Jokowi mempertahankan basis pemilih, itu iya," ujar Nyarwi lewat sambungan telepon pada Selasa (5/12).
Kendati peluang pasangan Ganjar-Mahfud di tanah Papua dan NTT minim, Nyarwi berpendapat bahwa mereka punya peluang untuk meraup suara lebih banyak dari basis pemilih muslim di wilayah Indonesia Timur. Beberapa contohnya adalah daerah Ambon, Ternate dan Pulau Sulawesi.
Perolehan suara Jokowi di sejumlah wilayah di Sulawesi pada Pilpres 2019 cenderung menurun dari capaian perolehan suara pada Pilpres 2014. Suara Jokowi di Sulawesi Barat pada Pilpres 2019 berada di angka 64,32%, turun dari Pilpres sebelumnya di angka 73,37%. Hal serupa juga ditemui di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
"Saya kira komunitas muslim di sana dapat peluang Ganjar-Mahfud untuk memperluas dukungannya dan di sana masih sangat terbuka," ujar Nyarwi.