Jokowi Kenang Rizal Ramli: Ekonom Cerdas dan Aktivis yang Kritis
Presiden Joko Widodo mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Rizal Ramli. Jokowi mengatakan mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi itu sebagai orang yang cerdas.
"Seorang ekonom yang cerdas dan aktivis yang kritis karena kecintaan terhadap bangsanya," kata Jokowi dalam akun media sosial X, Rabu (3/1).
Jokowi berharap arwah Rizal mendapatkan tempat yang lapang di sisi Tuhan Yang Maha Esa. "Segenap keluarga serta kerabat yang ditinggalkan kiranya diberi kesabaran," kata Presiden.
Turut berdukacita atas berpulangnya ke Rahmatullah, Bapak Rizal Ramli, mantan Menko Kemaritiman, kemarin di Jakarta. Saya mengenal almarhum Rizal Ramli sebagai seorang ekonom yang cerdas dan aktivis yang kritis karena kecintaan terhadap bangsanya.
Semoga arwah almarhum… pic.twitter.com/SVs96WNFXj— Joko Widodo (@jokowi) January 3, 2024
Rizal meninggal pada Selasa (2/1) usai dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Saat ini jenazah Rizal masih disemayamkan di rumah duka yang berada di kawasan Bangka, Jakarta Selatan.
"Besok (dimakamkan), karena masih menunggu kedatangan putri beliau yang baru berangkat dari Amerika Serikat," kata tim komunikasi sekaligus perwakilan keluarga Rizal Ramli, Yosef Sampurna di Jakarta, Rabu (3/1) dikutip dari Antara.
Rizal Ramli pernah mengisi sejumlah posisi di pemerintah. Ia pernah menjadi Kepala Perum Bulog pada tahun 2000 saat era Presiden Abdurrahman Wahid, hingga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan di era presiden yang sama.
Pria yang lahir di Padang, Sumatera Barat pada 10 Desember 1954 ini juga sempat menjabat sebagai Menko Kemaritiman di awal Presiden Joko Widodo menjabat. Rizal Ramli adalah seorang mantan tokoh pergerakan mahasiswa, ahli ekonomi dan politisi Indonesia.
Di tingkat internasional, ia juga pernah dipercaya sebagai anggota tim panel penasehat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama beberapa tokoh ekonom dari berbagai negara lainnya.
Lulusan S1 Teknik Fisika ITB dan Doktor Ekonomi Boston Universitu ini bahkan pernah menolak jabatan internasional sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP) yang ditawarkan PBB pada November 2013.