Komitmen Berantas Kekerasan Seksual, Ganjar Janjikan Posko Pengaduan
Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengungkapkan komitmen untuk menindaklanjuti kekerasan seksual. Ganjar mengatakan, salah satu cara untuk mengatasi kekerasan seksual dengan mendirikan posko pengaduan.
Mantan Gubernur Jawa Tengah itu mengatakan posko pengaduan bertujuan agar para korban merasa aman dan diberikan perlindungan. Ganjar menyebut, penyediaan posko pengaduan untuk korban kekerasan seksual pernah diupayakan saat ia menjabat Gubernur Jawa Tengah. Saat itu ia menginstruksikan dinas berwenang untuk membuat posko pengaduan.
"Saya punya dinas yang waktu berpraktik dengan sangat bagus sekali. Dia membuat tempat untuk melapor secara khusus ketika terjadi tindakan yang sering mencelakai, termasuk di dalam perempuan dan anak-anak," kata Ganjar dalam acara Gelar Tikar Ganjar yang diadakan di Gedung Sido Mukti, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, seperti dikutip Senin (29/1).
Ganjar mengatakan, ia berkomitmen untuk menghilangkan kasus kekerasan seksual, khususnya di lingkungan pendidikan. Ia pun memastikan informasi yang diberikan oleh korban tidak dibocorkan pada siapapun.
“Itulah mengapa kami punya shelter-shelter yang kita pakai untuk menangani mereka korban-korban kekerasan. Saya pernah mempraktikkan itu, saya pernah mendampingi itu dan biasanya yang seperti ini menjadi sensitif dan diserahkan kepada saya," kata Ganjar.
Pada forum dialog tersebut, mulanya seorang penulis sekaligus aktivis Kalis Mardiasih menyampaikan permasalahan kekerasan dan pelecehan seksual. Menurut dia persoalan kekerasan seksual harus menjadi perhatian serius untuk di tengah maraknya kasus perkawinan usia dini.
Ia menyoroti banyaknya kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Mardiasih mengatakan, banyak ditemukan guru atau tenaga pengajar yang menjadi pelaku kekerasan dan pelecehan seksual.
"Setiap hari kalau kita googling, pelaku kekerasan seksual pelaku pelecehan seksual itu pelakunya adalah guru dan tenaga pendidikan setiap hari. Satu guru melecehkan puluhan siswa," kata Mariasih.
Ia pun mengatakan ada banyak fenomena korban takut untuk bersekolah. Bahkan, menimbulkan trauma berkelanjutan sehingga enggan melanjutkan pendidikan.