Ahok Nilai Penyaluran Bansos Jokowi Tak Sentuh Akar Masalah Kemiskinan

Muhamad Fajar Riyandanu
5 Februari 2024, 06:00
Ahok
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin.
Komisaris PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berjalan menuju mobilnya usai menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Button AI Summarize

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menganggap aksi pemerintah yang kian masif dalam penyaluran bantuan sosial (bansos) khususnya jelang pemilu. Ia menilai tindakan itu tidak menyelesaikan akar persoalan kemiskinan.  

Menurut Ahok, penyaluran bansos secara terus-menerus dapat memicu ketergantungan yang dapat mempengaruhi upaya pemberdayaan dan produktivitas masyarakat. Dia juga menilai skema penyaluran bansos terus-menerus merupakan praktik kuno dalam upaya pengentasan kemiskinan.

“Mau jadi kaya raya tapi membiarkan rakyat hanya mendapatkan bansos, bukan keadilan sosial. Bansos itu hanya di jaman kerajaan, ketika rakyat harus minta belas kasihan raja. Raja menentukan siapa yang perlu dikasihani,” kata Ahok saat memberikan orasi di panggung deklarasi Ahokers kepada Ganjar-Mahfud di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar-Mahfud di Jakarta Pusat pada Ahad (4/2).

Ahok menambahkan, penyaluran bansos secara besar-besaran dianggap melenceng dari tujuan para proklamator kemerdekaan yang menginginkan adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. “Negara ini didirikan dengan jelas oleh proklamator untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan mewujudkan bansos,” ujar Ahok.

Ketimbang penyaluran bansos, Ahok menawarkan sebuah skema pelayanan sosial bagi warga miskin lewat distribusi bantuan langsung tunai (BLT). Ahok menguraikan, pembagian BLT harus dilaksanakan melalui praktik digital untuk menghindari adanya potensi pemotongan atau defisit antara jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah dan realisasi di tangan masyarakat.

Dia mengaku telah berdiskusi panjang dengan calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mengenai praktik alternatif penyaluran bansos. Lebih lanjut, kata Ahok, pengawasan di tingkat penerima juga perlu diperketat sejak penjaringan atau pendataan awal calon penerima BLT.

Tahap seleksi awal berangkat dari pelaksanaan ‘program 1 keluarga, 1 sarjana’ yang digagas oleh pemerintah. Kebijakan ini diharap mampu memberikan dampak kepada setiap keluarga agar punya penghasilan tetap sejumlah Rp 5 juta per bulan.  

“Jadi tugas pemerintah harus selalu menolong yang miskin dan memberikan pertolongan, tapi bukan tidak mendidik rakyat, bukan membuat rakyat menjadi pengemis,”  kata Ahok.

Ahok menambahkan, angka minimal Rp 5 juta inilah yang akan menjadi seleksi masyarakat terkait penyaluran BLT. Kemudian, tiap-tiap keluarga yang merasa kurang mampu berhak untuk mengajukan diri sebagai penerima BLT. Adapun warga yang mengirimkan keterangan atau data palsu agar masuk dalam kategori masyarakat penerima BLT akan dikenakan sanksi ganti rugi atau pidana.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...