Kemenkes Buka Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RS pada Senin Depan
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan dirinya bakal meluncurkan program pendidikan terbaru untuk dokter spesialis. Bila biasanya dokter spesialis belajar di universitas, nantinya akan ada pendidikan baru berbasis rumah sakit.
“(Akan diluncurkan) 6 Mei 2024, hari Senin nanti. Stay tuned,” kata Budi dalam unggahan di Instagramnya, Kamis (2/5).
Budi mengatakan putra-putri daerah bakal menjadi prioritas peserta program ini. Nantinya, pemenuhan dokter spesialis di seluruh daerah bakal dilakukan bersama-sama. Hal ini berarti menggabungkan peserta didik dokter spesialis dari universitas maupun rumah sakit.
Budi mengatakan butuh waktu 15 tahun lagi untuk mencapai jumlah dokter spesialis yang Indonesia butuhkan. Perhitungan ini berdasar jumlah 117 fakultas kedokteran yang tersebar di Tanah Air.
Kementerian Kesehatan juga berencana memberdayakan 420 dari total 3.000 rumah sakit di Tanah Air untuk mendidik lebih banyak dokter spesialis. Budi berharap, hal ini bisa mempercepat pemenuhan tenaga dokter spesialis di Indonesia.
Ia juga menyebut masalah distribusi dokter spesialis masih belum bisa terpecahkan hingga hampir 80 tahun Indonesia merdeka. Dalam catatan Konsil Kedokteran Indonesia, 59% dokter spesialis masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Per 24 April 2024, total seluruh dokter spesialis yang teregistrasi di Indonesia sebanyak 59.422 orang. Jumlahnya terdiri dari 53.779 dokter spesialis dan 5.643 dokter gigi spesialis.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo sudah menyinggung minimnya dokter spesialis dalam negeri. Bahkan kekurangan ini dianggap menjadi salah satu penyebab negara kehilangan pendapatan negara.
"Ini bolak balik saya sampaikan, 1 juta lebih masyarakat kita berobat ke luar negeri. Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Eropa, Amerika. Dan kita kehilangan US$ 11,5 miliar, Itu kalau dirupiahkan Rp 180 triliun," kata Jokowi saat memberikan sambutan Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2024 di ICE BSD Tangerang, seperti dikutip Kamis (25/4).
Secara umum, Jokowi juga mengeluhkan kondisi rasio dokter Indonesia yang saat ini berada di posisi 147 dunia dengan nilai 0,47. Dia prihatin dengan kondisi dokter di dalam negeri yang masih terbatas.
"Memang problem terbesar kita adalah dokter dan dokter spesialis yang kurang. Ini persoalan besar kita," ujarnya.