Jokowi Batal Jadi Pimpinan Koalisi, Sinyal Posisi Politiknya Melemah?

Muhamad Fajar Riyandanu
13 Mei 2024, 16:22
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) memimpin jalannya rapat terbatas yang diikuti kabinet Indonesia Maju di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (3/5/2024).
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) memimpin jalannya rapat terbatas yang diikuti kabinet Indonesia Maju di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (3/5/2024).
Button AI Summarize

Prabowo Subianto bakal menjadi pimpinan Koalisi Indonesia Maju (KIM) saat menjabat sebagai presiden periode 2024-2029. Keputusan ini memudarkan wacana Presiden Joko Widodo sebagai pimpinan koalisi usai lengser menjadi presiden.

Batalnya Jokowi menjadi pimpinan koalisi seiring kekuatan politiknya makin berkurang usai lengsernya dari pemerintahan. Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, mengatakan melemahnya pengaruh Jokowi setelah masa habis jabatan sebagai presiden menandakan iklim konstitusi yang sehat.

"Saya rasa ini wajar dan jika Jokowi tidak menjadi pimpinan koalisi partai pengusung Prabowo-Gibran setelah nanti tidak lagi menjabat sebagai presiden," kata Arifki saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Senin (13/5).

Wacana mengenai posisi Jokowi sebagai pimpinan koalisi seluruh partai politik pemerintahan baru digaungkan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Mereka mengusulkan Joko Widodo sebagai pimpinan koalisi setelah masa habis jabatan presiden. Namun, usulan ini ditolak banyak partai politik.

KIM merupakan koalisi partai yang mendukung pasangan Prabowo - Gibran di pilpres 2024. KIM beranggotakan Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN). Koalisi tersebut juga berisi sejumlah partai non parlemen seperti Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Gelora dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima).

Arifki menilai, meski tak memimpin koalisi, Jokowi masih bisa mempengaruhi pemerintahan lewat pengaruhnya kepada Gibran. "Meski posisi Jokowi melemah tapi ini yang membedakan dengan SBY dan Megawati," ujar Arifki.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...