Jokowi Kumpulkan Menteri, Minta Muluskan Transisi Pemerintahan Prabowo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menteri Kabinet Indonesia Maju untuk menjaga stabilitas politik menjelang transisi kepemimpinan kepada presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Jokowi mengatakan stabilitas politik menjelang transisi kepemimpinan adalah modal penting untuk menjaga basis fundamental ekonomi nasional. Ia berharap tak ada turbulensi politik untuk mempertahankan sentimen pasar yang optimistis.
"Hati-hati mengenai isu yang setiap hari ada. Sampaikan isu dan hal-hal yang positif sehingga pasar menjadi yakin, pasar optimistis terhadap fundamental ekonomi kita yang berada pada posisi yang baik," kata Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna terkait Perekonomian Terkini di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (24/6).
Arahan ini mengacu pada merosotnya peringkat tahunan daya saing ekonomi dari berbagai negara atau World Competitiveness Ranking yang dirilis oleh International Institute for Management Development (IMD).
Jokowi menyampaikan tren penurunan peringkat daya saing beberapa negara seperti Jepang dan Malaysia. Jepang berada di posisi 38 atau turun 3 peringkat, sementara Malaysia berada di posisi 34 atau turun 7 peringkat.
Jokowi menambahkan, penurunan peringkat daya saing sebuah negara turut dipengaruhi oleh masalah stabilitas politik domestik yang menjadi salah satu faktor pemicu pelemahan nilai tukar mata uang terhadap kurs asing.
"Malaysia turun peringkat karena pelemahan mata uang dan masalah stabilitas politik. Artinya apa? stabilitas politik itu penting," ujarnya.
Pada momen tersebut, Jokowi turut menyinggung peringkat daya saing Indonesia yang berada di peringkat 27, naik dari posisi sebelumnya di peringkat 34.
"Saya senang ini mengalahkan Inggris yang berada di peringkat 28, Malaysia di 34, Jepang di 38, Filipina di 52 dan Turki di 53," kata Jokowi.
Meski begitu, Jokowi meminta para anggota Kabinet Indonesia Maju untuk mendorong transformasi pada sektor kesehatan dan pendidikan. Dia menuturkan, sektor kesehatan dan pendidikan di Indonesia masih lemah secara global karena keterbatasan infrastruktur.
IMD mengukur komponen sektor kesehatan dan pendidikan dalam tingkat daya saing Indonesia masih berada level rendah. Sektor kesehatan berada di level 61, pendidikan dan sains di level 45 dan teknologi di level 32.
"Ini yang harus menjadi perhatian kita semua agar competitiveness ranking kita setiap tahun bisa terus diperbaiki," katanya.