Saham Wall Street Lanjutkan Penguatan Pascapemilu AS, Dow Jones Cetak Rekor
Indeks Wall Street di Amerika Serikat (AS) melonjak pada perdagangan Senin (11/11). Dow Jones Industrial Average naik lebih dari 300 poin dan mencatat rekor penutupan tertinggi. Kenaikan ini terjadi seiring dengan rally pasar yang berlanjut pascapemilu AS.
Dow yang terdiri dari 30 saham ini naik 304 poin atau 0,69%, menjadi 44.293,69. Kenaikan Dow membawa indeks di atas 44.000 untuk pertama kalinya. S&P 500 bertambah 0,1% dan mengakhiri hari di 6.001,35, hingga tembus rekor dengan melampaui 6.000 untuk pertama kalinya.
Nasdaq Composite melayang di dekat garis datar, naik tipis 0,06% menjadi 19.298,76. Kemudian JPMorgan Chase dan Goldman Sachs masing-masing naik 1% dan 2,2% hingga mendorong Dow. SahamBank of America dan Citigroup ditutup naik sekitar 2%.
Kelompok saham utama telah melesat sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden minggu lalu. Hal itu karena para investor berharap kembalinya Trump ke Gedung Putih dapat membuat regulasi yang lebih mudah pada sektor perbankan.
Di sisi lain, saham meme favorit GameStop melonjak 10%. Tesla juga melonjak lebih dari 9%, memperpanjang kenaikan pascapemilu. Namun, beberapa saham teknologi besar justru anjlok. Misalnya Apple turun hampir 2%, hingga Microsoft dan Amazon masing-masing turun sekitar 1%. Saham-saham berkapitalisasi kecil juga menguat, Russell 2000 naik sebesar 1,47%.
Seiring dengan bergairahnya Wall Street, Bitcoin melesat di atas US$ 87.000, didorong oleh harapan deregulasi. Saham terkait kripto, seperti Coinbase dan Mara Holdings, masing-masing naik 20% dan 30%.
Kepala Investasi di Morgan Stanley Wealth Management, Lisa Shalett, mengatakan bahwa kemenangan besar Partai Republik telah memicu optimisme pasar, meskipun harapan sebelumnya sudah cukup tinggi. Menurutnya, ini bukan perubahan besar yang akan membawa ekonomi menuju pertumbuhan tanpa lika-liku. Sebaliknya, hal ini lebih merupakan dorongan sementara yang dipicu oleh sentimen positif dan ketersediaan dana di pasar.
"Kami tetap mengambil pendekatan yang berhati-hati dan tidak condong ke satu arah,” kata Shalett dikutip CNBC, Selasa (12/11).