PPN Naik 12%, Harga Pembangunan Rumah Berpotensi Naik 4%
Real Estate Indonesia atau REI memperkirakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai menjadi 12% pada tahun depan dapat mendorong biaya konstruksi rumah naik 2% hingga 4%. Kenaikan harga akan terjadi pada bahan bangunan dan upah buruh bangunan.
Wakil Ketua Umum REI Bambang Ekajaya menilai, kenaikan PPN akan membuat penjualan properti lebih berat pada tahun depan. Padahal, tingkat penjualan hunian pada tahun ini sudah ditekan pelemahan daya beli yang belum pulih akibat pandemi Covid-19.
"Kondisi ekonomi lagi kurang sehat dan akan ditambah beban penambahan PPN ke semua lapisan, karena semua barang yang dijual di toko akan naik akibat kenaikan PPN menjadi 12% tahun depan," kata Bambang kepada Katadata.co.id, Selasa (26/11).
Bambang menilai, kelompok masyarakat yang paling terdampak dari kenaikan PPN adalah Masyarakat Berpendapatan Tanggung atau MBT. Kelompok masyarakat ini akan lebih sulit mendapatkan rumah tahun depan lantaran harga rumah akan semakin tidak terjangkau.
MBT adalah masyarakat dengan pendapatan di atas upah minimum regional, sehingga tidak bisa mendapatkan insentif. Bambang berpendapat MBT tidak dapat membeli hunian dengna harga normal lantaran pajak yang berat.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso mengatakan, kenaikan harga rumah di Indonesia terbatas secara tahunan tetapi penjualannya justru merosot, terutama rumah tipe kecil dan menengah. Faktor terbesar yang menghambat penjualan properti karena harga bangunan naik.
“BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2024 tumbuh terbatas,” kata dalam hasil survei Bank Indonesia pada Selasa (26/11).
Dia menjelaskan, indeks harga properti residensial atau IHPR pada kuartal III 2024 mencapai 1,46% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada kuartal sebelumnya 1,76%. Dari 18 kota yang diamanati, tujuh kota mengalami perlambatan IHPR pada kuartal III. Perlambatan paling dalam terjadi di Pontianak dari 5,40% pada kuartal II menjadi 3,34% pada triwulan III 2024.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal memproyeksikan, konsumsi rumah tangga pada 2024 hanya akan tumbuh 4,9%-5%. Tren perlambatan diperkirakan berlanjut pada tahun depan lantaran jumlah kelas menengah susut tahun ini.
Faisal menjelaskan, konsumsi rumah tangga masih akan sulit pulih karena dipengaruhi penurunan jumlah kelas menengah. Jumlah penduduk kelas menengah menurun hingga 9 juta jiwa selama periode 2018-2023.
Ia mengatakan, persoalan kelas menengah masih akan berlangsung pada 2025. Menurutnya, penurunan kelas menengah terjadi saat dan setelah pandemi atau selama 2018-2023 dengan penurunan jumlahnya minus 8%.