Prabowo Ramal Indonesia, Brasil, dan Kongo Bakal jadi Negara Mandiri Energi
Presiden Prabowo Subianto meramalkan ada tiga negara yang dapat mencapai swasembada energi dalam waktu dekat. Tiga negara itu adalah Indonesia, Brasil dan Kongo.
Menurut Prabowo, ketahanan energi di Indonesia, Brasil dan Kongo dapat diperoleh melalui pemanfaatan tanaman sebagai sumber utama energi terbarukan. “Karena itu kita harus pandai memanfaatkan," kata Prabowo saat menyampaikan sambutan pembuka penyerahan DIPA dan daftar alokasi transfer ke daerah tahun anggaran 2025 di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa (10/12).
Prabowo memandang swasembada energi sebagai bagian dari strategi transformasi ekonomi nasional yang berkelanjutan. "Kita tidak boleh malas dan kita tidak boleh mengikuti kebiasaan yang mungkin tidak produktif," ujarnya.
Saat menyampaikan Pidato Awal Masa Jabatan Presiden di dalam Sidang Paripurna MPR pelantikan presiden pada 20 Oktober lalu, Prabowo menyebutkan Indonesia punya modal sumber daya alam yang kuat untuk mencapai ketahanan domestik. Prabowo menyebut kelapa sawit dapat diolah menjadi bensin dan solar, serta sumber pangan alternatif seperti singkong, sagu, jagung hingga tebu.
Sementara itu, Brasil telah sukses memanfaatkan tanaman tebu menjadi bioetanol untuk campuran BBM. Dengan luas lahan tebu 9,5 juta hektare, saat ini Negeri Samba mampu memproduksi bahan bakar nabati (BBN) bioetanol dengan komposisi bauran 27% tetes tebu dan 33% bensin atau E27.
Pemerintah Indonesia juga telah berupaya untuk menebalkan cadangan pasokan bioetanol di dalam negeri melalui pengesahan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati atau Biofuel pada 16 Juni 2023.
Perpres itu mendorong peningkatan produktivitas tebu sebesar 93 ton per hektare (ha). Target ini dimaksimalkan melalui perbaikan praktik agrikultur berupa pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan tebang muat angkut.
Instrumen hukum tersebut juga mengamanatkan penambahan areal lahan baru perkebunan tebu seluas 700.000 ha yang bersumber dari lahan perkebunan, lahan tebu ralgrat, dan lahan kawasan hutan. Adapun peta jalan meliputi rencana jangka panjang pemerintah untuk meningkatkan produksi bioetanol yang berasal dari tanaman tebu paling sedikit sebesar 1,2 juta kiloliter (Kl) paling lambat pada 2030.
Lewat penyediaan lahan seluas 1 juta hektar tersebut, pemerintah mulai bergerak untuk mewujudkan target produksi tebu minimal 100 ton per ha, naik signifikan dari capaian rata-rata produksi tebu nasional saat ini di kisaran 60-70 ton per ha.
Adapun penyediaan lahan 1 juta hektar untuk pengembangan industri gula nasional itu nantinya bakal menggunakan sebagian wilayah food estate di Merauke, Papua. Food estate Merauke rencananya bakal dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Perubahan status food estate Merauke menjadi KEK bakal memusatkan produksi pada komoditas pangan padi dan tebu. KEK Merauke bakal berdiri di tanah seluas dua juta ha dengan lahan garapan awal seluas 200 ribu ha.
Pemerintah bakal menggandeng pihak swasta untuk pengembangan KEK Merauke lewat skema pendanaan public private partnership (PPP). PPP merupakan bentuk perjanjian jangka panjang antara pemerintah, baik pusat ataupun daerah, dengan mitra swasta.