Prabowo Soal Kasus BBM Pertamina: Sedang Diurus, Kami akan Bersihkan

Ringkasan
- Rupiah mendekati Rp 16.000 per dolar AS, namun Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan rupiah masih stabil dan dalam kondisi membaik.
- Perry memprediksi rupiah akan stabil dan cenderung menguat ke depannya, didukung oleh kebijakan moneter Bank Indonesia yang telah mendorong aliran modal asing.
- Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan instrumen moneter dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

Presiden Prabowo Subianto menyoroti perkara dugaan korupsi di PT Pertamina. Ia mengatakan polemik kasus pengdaan bahan bakar minyak (BBM) ini sudah menjadi perhatian pemerintah.
"Sedang diurus itu semua. Kami akan bersihkan, kami akan tegakkan (hukum). Kami akan membela kepentingan rakyat," kata Prabowo di The Gade Tower, Jakarta Pusat pada Rabu (26/2).
Kejaksaan Agung sebelum menemukan adanya adanya dugaan manipulasi bahan bakar minyak (BBM) melalui modus pembayaran yang tidak sesuai dari pembelian BBM yang dilakukan oleh PT Pertamina Patra Niaga.
Kepala Pusat Penerangan Kejaksaan Agung Harli Siregar, mengatakan, ada bukti Riva Siahaan (RS) selaku Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga melakukan pembayaran untuk RON 92 atau Pertamax, padahal yang dibeli klasifikasinya lebih rendah, yakni RON 90 yang setara Pertalite.
"RS selaku Dirut PPN itu melakukan pembayaran terhadap pembelian minyak yang RON 92 berdasarkan pricelist-nya. Padahal yang datang itu di RON 90," kata Harli di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Rabu (26/2).
Harli mengatakan, dugaan tahun pembelian tersebut yakni pada 2018-2023. Ia juga menjanjikan kejaksaan tak bias dalam melakukan pemeriksaan. "Karena yang kita selidiki ini adalah 2018-2023, minyak itu barang habis pakai kalau sampai 2 tahun. Kan stoknya itu berputar. Jadi, supaya tidak bias," kata Harli.
Harli mengatakan, saat ini Kejagung juga tengah memperdalam dugaan yang disangkakan berkaitan dengan total distribusi dari periode 2018-2023. "Barang yang masuk itu di bawah 92. Kan kami harus sampaikan fakta ke masyarakat. Apakah distribusinya sesuai penerimaan barang? Nah, itu nanti," kata Harli.