Istana Respons IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Janji Jadikan Acuan
Istana Kepresidenan menanggapi ramalan Internasional Monetary Fund (IMF) terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menyusut ke angka 4,7%. Proyeksi ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang menyentuh 5,1%.
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menyampaikan bahwa analisis yang dirilis oleh IMF menjadi salah satu acuan pemerintah dalam mengatur kondisi dan arah ekonomi Indonesia.
Prasetyo mengatakan, fondasi ekonomi nasional saat ini berada dalam situasi stabil dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terjaga. Polisi Partai Gerindra itu menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga dan iklim investasi domestik masih kondusif.
“Ini terbukti dengan tercapainya target investasi di triwulan pertama,” kata Prasetyo melalui keterangan kepada wartawan pada Rabu (30/4).
Kementerian Investasi dan Hilirisasi sebelumnya melaporkan capaian realisasi investasi senilai Rp 465,2 triliun sepanjang Januari-Maret 2025. Torehan investasi triwulan pertama tahun ini meningkat 15,9% dari periode yang sama tahun lalu.
Jumlah tersebut terdiri atas Rp 230,4 triliun dari hasil penanaman modal asing (PMA) dan Rp 234,8 triliun penanaman modal dalam negeri atau PMDN.
Pemerintah juga berupaya memperbaiki regulasi yang selama ini dianggap memperlambat proses investasi supaya investor tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.
“Tidak ada masalah kalau ada pandangan dari IMF. Tapi pemerintah percaya diri,” ujar Prasetyo.
IMF dalam laporannya bertajuk World Economic Outlook April 2025, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,1% menjadi 4,7%. Proyeksi ini jauh dari target pemerintahan Prabowo Subianto sebesar 5,2% dan turun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5%.
Laporan tersebut merevisi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dan lima negara ASEAN lainnya. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Malaysia pada tahun ini turun dari 5,1% pada 2024 menjadi 4,1%.
Pertumbuhan ekonomi Filipina juga diproyeksi turun dari 5,7% menjadi 5,5%. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Singapura bahkan diramal turun dari 4,4% pada 2024 menjadi 2% pada tahun ini. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Thailand diperkirakan turun dari 2,5% menjadi 1,8%.
