Mengenal Wilayah Segitiga Emas, Pusat Narkotika Pemasok 2 Ton Sabu ke Kepri

Ade Rosman
27 Mei 2025, 14:32
myanmar, sabu, narkoba
ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/Spt.
Sejumlah barang bukti kejahatan kasus penyelupan sabu-sabu diperlihatkan saat pengungkapan kasus di Pelabuhan Bea Cukai Batam, Kepulauan Riau, Senin (26/5/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Wilayah Golden Triangle atau Segitiga Emas disinggung dalam gagalnya penyelundupan 2 ton sabu ke Indonesia. Wilayah ini merupakan perbatasan antara Myanmar, Laos, dan Thailand yang menjadi pusat produksi dan perdagangan narkotika global.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN) mengungkapkan penyelundupan sabu dua ton di Kepulauan Riau melibatkan jaringan narkotika Myanmar. 

Berdasarkan hasil investigasi, otak di balik penyelundupan sabu merupakan gembong narkoba asal Thailand bernama Chan Chai alias Captain Tui alias Mr. Tan alias Jackie Tan alias Tan Sen yang kini menjadi buronan internasional. 

"Chan Chai ini sedang berada Myanmar dan menjadi buronan polisi Thailand," kata Kepala BNN RI Marthinus Hukom saat konferensi pers di Batam, Kepulauan Riau, Senin (26/5).

Myanmar kerap disebut sebagai pusat utama produksi narkotika di Asia Tenggara. Salah satu produsen utama narkoba di wilayah Segitiga Emas adalah Negara Bagian Shan di Myanmar.

Tidak stabilnya kondisi politik, konflik bersenjata, serta lemahnya penegakan hukum menjadikan Negeri Tanah Emas produsen utama opium dan methamphetamin di Asia Tenggara. Sabu merupakan narkoba jenis metaamphetamine untuk merangsang otak dan bisa menimbulkan adiksi.

Melansir laporan Deutsche Welle, pasca krisis yang dialami Myanmar sejak Februari 2021 ketika Jenderal Min Aung Hlaing menggulingkan pemerintahan sipil lewat kudeta, terdapat lonjakan produksi narkotika di Myanmar.

Berdasarkan laporan dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), pada 2023, ladang opium Myanmar tumbuh sebesar 18%, menjadi total 47.100 hektare. 

Tak hanya itu, lonjakan juga dipicu karena berhentinya kiriman bahan baku narkotika dari Afganistan sejak Taliban berkuasa pada 2021. UNODC menyebut, Myanmar telah menggeser Afganistan sebagai produsen opium terbesar di dunia.

Melansir laporan AP, sejak pengambilalihan kekuasaan oleh militer pada Februari 2021, produksi opium di Myanmar mengalami peningkatan signifikan. Southeast Asia Opium Survey 2023 dari UNODC melaporkan, Myanmar telah melampaui Afghanistan sebagai produsen opium terbesar di dunia.

Terdapat peningkatan luas lahan budidaya opium di Myanmar. Pada 2013, lahan budidaya opium di Myanmar meningkat 18% menjadi 47.100 hektare dengan hasil panen naik 16% menjadi 22,9 kilogram per hektare.

Myanmar juga menjadi produsen utama methamphetamin di kawasan. Wilayah Golden Triangle menjadi lokasi utama laboratorium produksi metamphetamin skala besar.

Menurut laporan UNODC pada 2024, Myanmar tetap menjadi salah satu produsen terbesar di dunia, meskipun terdapat penurunan 4% dalam budidaya opium menjadi 45.200 hektar dan penurunan hasil sebesar 8% menjadi 995 metrik ton.

Sejalan dengan itu, aktivitas narkotika di negara tetangganya juga meningkat. Melansir laporan Reuters, penyitaan metamphetamin di Thailand bagian utara meningkat signifikan.

Kenaikan terlihat dari penyitaan metamphetamin kristal yang naik 284%, tablet amfetamin naik 201%, dan heroin naik 77%. Sebagian besar pasokan narkoba berasal dari Negara Bagian Shan di Myanmar yang berbatasan langsung dengan Laos, Cina, dan Thailand.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ade Rosman

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...