Mega Kuningan akan Punya Akses Transportasi Publik, Terhubung MRT dan LRT

Ajeng Dwita Ayuningtyas
23 Agustus 2025, 18:44
Direktur Utama PT Integrasi Transit Jakarta (ITJ) Ferdiansyah Roestam (kiri) dan Pemimpin Redaksi Katadata.co.id Yura Syahrul dalam diskusi Katadata Green Collabs Blok M: Selaras Urban, di Blok M, Jakarta, Sabtu (23/8).
Katadata/Hari Widowati
Direktur Utama PT Integrasi Transit Jakarta (ITJ) Ferdiansyah Roestam (kiri) dan Pemimpin Redaksi Katadata.co.id Yura Syahrul dalam diskusi Katadata Green Collabs Blok M: Selaras Urban, di Blok M, Jakarta, Sabtu (23/8).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Direktur Utama PT Integrasi Transit Jakarta Ferdiansyah Roestam menyatakan, pihaknya tengah mengembangkan akses transportasi publik di Mega Kuningan. Saat ini, kawasan bisnis terbesar di Jakarta tersebut belum memiliki akses transportasi publik.

“Mereka ingin mengembangkan adanya akses transportasi publik ke situ, didukung Transjakarta, nantinya dia akan menjadi feeder ke MRT di Bendungan Hilir dan LRT di Kuningan,” jelas Ferdi.

Ferdi menambahkan, pengembangan Kawasan Berorientasi Transit tidak harus berada di rute MRT. “Yang kami konsentrasikan adalah titik simpul untuk mendukung kebangkitan ridership atau penumpang,” katanya.

Saat ini, ada enam titik Kawasan Berorientasi Transit di Jakarta, yaitu di Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M, Istora, Dukuh Atas, dan Bundaran HI. Setiap lokasi menggunakan tema panduan rancangan kota yang berbeda.

Di Blok M, tema yang dilekatkan adalah “Green Creative Hub”. Menurut Ferdi, identitas kreativitas Blok M yang sudah kuat, didorong dengan pendekatan aktivitas di ruang terbuka hijau.

Sementara itu, kawasan Fatmawati dikonsentrasikan untuk daya dukung layanan kesehatan. Konsep ini sejalan dengan perencanaan jangka panjang pimpinan DKI Jakarta. 

Pendekatan berbeda diterapkan untuk kawasan Dukuh Atas. Sebagai transit point 8-9 ribu orang setiap hari, pembangunan di Dukuh Atas fokus untuk mendukung pergerakan banyak orang secara signifikan.

“Di Taman Martha Christina Tiahahu, anak-anak muda nongkrong, cari spot. Di Dukuh Atas, orang-orang bergerak cepat. Lokasi di dukuh atas di-adjust untuk mendukung kecepatan gerak banyak orang,” tutur Ferdi.

Saat ini, PT ITJ masih mengembangkan proyek interkoneksi di Bundaran HI, “Akan ada pengembangan area underground, pelebaran dari stasiun MRT Bundaran HI dengan interkoneksi baru, satu ke Grand Hyatt, satu lagi ke Wisma Nusantara,” jelasnya. 

Tantangan Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit

KBT mulai dikembangkan di waktu menantang, yaitu saat pandemi Covid 19. Tahun berikutnya dihantam oleh gejolak tahun politik. Ferdi menuturkan, situasi tersebut menimbulkan ketidakstabilan. 

Tantangan pengembangan KBT bukan berasal dari sisi rancang bangun kota, melainkan berupa tantangan fiskal. 

“Bagaimana membangun kawasan tanpa membebani anggaran daerah, dengan tidak menghindar dari tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup,” ucap Ferdi saat menjelaskan pesan Pemerintah DKI Jakarta kepada pihaknya. 

Meskipun begitu, saat KBT diperkenalkan di Jakarta Investment Festival, konsep ini menarik banyak investor. Ferdi menambahkan, selama ini investor memiliki banyak ketertarikan namun belum ada yang menyalakan “tombol”.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...