Laporan dari Lembah Anai: Tangan-Tangan yang Tak Menyerah di Jalan yang Terbelah

Karunia Putri
8 Desember 2025, 06:50
Lembah anai
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/nz
Pengendara melintasi jalan darurat di kawasan Mega Mendung, Lembah Anai, Tanah Datar, Sumatera Barat, Kamis (4/12/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Hujan yang menyiram kawasan Lembah Anai, Sumatra Barat pada Minggu sore (7/12) tak menyurutkan langkah para relawan dan petugas. Di bawah kabut yang semakin turun di punggung bukit barisan, tangan-tangan cekatan tak berhenti bekerja sejak pagi hingga petang. 

Sejak banjir bandang dan longsor yang dikenal masyarakat setempat sebagai galodo menerjang pada jalan nasional itu pada Kamis (27/11), akses warga dari arah kota Padang terputus total. Sudah sepuluh hari jalan penghubung Kota Padang dengan Padang Panjang, Bukittinggi dan bahkan ke kota di luar provinsi seperti Pekanbaru di Riau dan Medan di Sumatera Utara itu tak bisa dilalui. 

Saat tim Katadata.co.id  tiba di lokasi, puluhan pekerja terlihat sibuk. Sementara alat berat berjibaku mengangkat material batu, pasir dan tanah yang menutupi badan jalan. Salah satu pekerja Roni mengatakan, tim saat ini fokus memperbaiki kerusakan jalan yang terputus terutama di kilometer 63 hingga 62. 

“Kami upayakan yang terbaik supaya akses jalan bisa segera pulih,” ujar Roni kepada Katadata Minggu (7/12). 

Puluhan alat berat bekerja membersihkan sisa longsor pemulihan akses jalan nasional di Lembah Anai Sumatra Barat, Minggu (7/12)
Puluhan alat berat bekerja membersihkan sisa longsor pemulihan akses jalan nasional di Lembah Anai Sumatra Barat, Minggu (7/12) (Katadata / Wahyu DJ)


 

Pekerjaan Roni bersama para relawan dan tim gabungan yang bertugas dalam pemulihan akses jalan di Lembah Anai tak bisa dibilang mudah. Material batu, pasir, kayu dan tanah masih menutupi sebagian jalan. Di beberapa titik jalan ambles ikut terbawa longsor. 

Kondisi di lapangan juga menjadi penghalang. Hujan yang masih sering turun dengan intensitas sedang hingga tinggi membuat pekerjaan menjadi lebih berat. Ditambah lagi para pekerja harus berhati-hati dan waspada dengan potensi longsor dari tebing di sepanjang pinggir jalan. 

Bagi Roni, prioritas utama mereka saat ini adalah membuka kembali akses bagi kendaraan roda empat, baik dari arah Padang menuju Padang Panjang maupun sebaliknya. Ia berharap masyarakat bersabar dan tidak memaksakan diri melintas di jalur tersebut selama proses rehabilitasi. 

“Kami dari kontraktor meminta masyarakat yang menggunakan roda dua untuk bersabar melintasi jalur ini. Agar target cepat tercapai dan akses bisa segera dipulihkan,” ujar Roni lagi. 

Berjuang di Jalan Akses yang Terputus  

Jalan darurat Padang - Bukittinggi di Lembah Anai
Jalan darurat Padang - Bukittinggi di Lembah Anai (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/nz)

Di tengah pekerja yang berpacu dengan waktu, banyak pula yang tak bisa menunggu. Di sisi kiri kawasan terdampak, terlihat antrean panjang pengendara motor yang mencoba melewati jalan sempit yang tersisa. 

Para pengendara mencoba menembus jalan yang masih dalam tahap perbaikan. Tak hanya dengan motor banyak pula yang berjalan kaki. Tak sedikit yang mencoba menembus jalur dengan memikul barang bawaan. 

Mereka yang punya urusan ke Kota Padang dari arah Padang Panjang atau sebaliknya memilih berjalan kaki sekitar 5 kilometer di sepanjang jalur yang terputus dari arah Lembah Anai menuju jembatan kembar yang menjadi titik terparah dampak galodo untuk bisa melanjutkan perjalanan. 

Cara berjalan kaki dipilih untuk memastikan mobilitas antar kota tetap bisa dilakukan. Mereka berhenti di ujung jalan dan melansir dengan menyambung jalan kaki untuk melanjutkan perjalanan dengan kendaraan lain yang sudah menanti di sisi lain jalan. 

Pilihan itu terpaksa ditempuh karena pertimbangan waktu. Tak ada akses lebih cepat dari Padang Panjang ke Kota Padang selain lewat jalur Lembah Anai yang hanya butuh waktu sekitar 2 jam. 

Bila harus mengambil jalan lain mereka harus memutar ke Solok lewat jalur Sitinjau Lauik ke Kota Padang yang membutuhkan waktu 6 hingga 8 jam perjalanan. Itu pun bila tak terkena macet akibat longsor yang kerap terjadi di jalur alternatif itu.

Di satu sisi, pilihan berjalan kaki menembus jalan yang terputus memang menjadi solusi sementara. Namun hal itu berlaku sebaliknya bagi pekerja yang terlibat pemulihan akses justru itu jadi tantangan. 

Menurut Roni, kondisi tersebut justru menghambat distribusi alat dan material yang dibutuhkan timnya untuk bekerja. Ia pun menuturkan sudah sepuluh hari sejak 28 November ia bekerja tanpa pulang demi mempercepat pemulihan jalur Lembah Anai. Baginya, yang terpenting kini adalah membuka kembali akses bagi masyarakat.

“Kita sudah nggak mikirin letih lagi,” kata Roni lagi. 

Dia menyebut, tim konstruksi mulai bekerja dari jam 8 pagi sampai larut malam. Bahkan, kata dia, dapat bekerja hingga pukul 1 atau 2 dini hari. Hal itu dilakukan agar akses jalan cepat dibuka kembali.

Seperti diketahui, banjir besar disertai longsor menerjang kawasan Mega Mendung di pintu masuk Lembah Anai pada 27 November lalu. Material berupa batu besar hingga batang pohon masih memenuhi kawasan tersebut.

Imbas putusnya jalur Padang ke Padang Panjang, masyarakat dari Padang mesti memutar jalan menuju Solok untuk sampai ke Padang Panjang. Estimasi waktu yang seharusnya ditempuh hanya 1,5 jam dari Padang ke Padang Panjang menjadi lebih lama, yakni jadi sekitar tiga jam.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...