Krisis Kemanusiaan Meluas, Kamboja Tawarkan Langkah Awal Dialog dengan Thailand

Muhamad Fajar Riyandanu
10 Desember 2025, 08:55
kamboja thailand,
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Tentara Kamboja berjaga di kawasan perbatasan Prey Chan, Banteay Meanchey, Kamboja, Jumat (29/8/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pemerintah Kamboja bersedia mengambil inisiatif awal untuk segera mengadakan pembicaraan bilateral dengan Thailand demi menghentikan konflik di wilayah perbatasan. Penasihat senior Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, Suos Yara, mengatakan siap membuka pembicaraan dengan Thailand demi menghentikan konflik.

“Misalnya, satu jam dari sekarang, kedua belah pihak sepakat untuk duduk bersama dan mulai berkomunikasi. Ini akan menjadi langkah yang sangat baik,” kata Suos Yara, dikutip dari Reuters, Selasa (9/12).

Suos Yara menekankan Kamboja tidak akan memulai proses dialog itu secara sepihak. Ia mengatakan bahwa langkah menuju pembicaraan harus dilakukan bersama-sama oleh Kamboja dan Thailand. “Kami harus mendapatkan niat baik yang disepakati bersama oleh kedua pihak,” ujarnya.

Dalam wawancara terpisah dengan Reuters pada Selasa (10/12), Menteri Luar Negeri Thailand, Sihasak Phuangketkeow, menyampaikan bahwa Bangkok menilai Kamboja perlu menunjukkan ketulusan dan mengambil langkah pertama untuk meredakan ketegangan di perbatasan.

Ia menegaskan upaya penyelesaian konflik harus dicapai melalui jalur bilateral tanpa campur tangan atau mediasi dari pihak ketiga. Thailand dan Kamboja saling menyalahkan atas pecahnya kembali bentrokan yang terjadi di wilayah sengketa perbatasan dua negara.

Insiden ini sekaligus menggugurkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump di sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 26 Oktober. Laporan sementara mencatat 13 orang tewas dan ratusan ribu warga mengungsi.

Ratusan Ribu Warga Mengungsi

Kantor Berita Pemerintahan Agence Kampuchea Presse pada Selasa (9/12), melaporkan Kementerian Pertahanan Kamboja mencatat jumlah warga sipil yang mengungsi akibat serangan militer Thailand mencapai 16.598 keluarga, atau 54.550 jiwa. Kementerian mencatat tujuh warga sipil tewas dan 20 lainnya luka-luka.

Provinsi Oddar Meanchey mencatat tiga kematian dan delapan luka-luka; Banteay Meanchey melaporkan satu kematian dan dua luka-luka; sementara Preah Vihear mencatat tiga kematian dan sepuluh luka-luka.

Dari jumlah pengungsi tersebut, sekitar 12.996 orang kini berada di Provinsi Oddar Meanchey, 13.056 warga di Provinsi Preah Vihear, 13.686 jiwa di Provinsi Banteay Meanchey, 3.736 di Provinsi Pursat, dan 11.076 orang di Provinsi Siem Reap.

Kementerian Pertahanan Kamboja menyampaikan bahwa Thailand telah melancarkan serangan udara sejak 7 Desember. Kamboja menyebut militer Thailand telah memperbarui serangan di wilayah Kamboja dan memperluas jangkauannya ke berbagai lokasi di Provinsi Preah Vihear, Banteay Meanchey, Oddar Meanchey, Battambang, dan Pursat, yang melibatkan senjata berat, jet tempur F-16, dan gas beracun.

Di sisi lain, militer Thailand melaporkan adanya gelombang serangan yang dilancarkan pasukan Kamboja pada 9 Desember melalui roket peluncur ganda BM-21, drone pembawa bom, serta drone kamikaze di sejumlah sektor, termasuk Chong Bok, Kuil Ta Khwai, dan Kuil Kana.

Kantor Berita Pemerintah National News Bureau of Thailand melaporkan, pertempuran paling hebat tercatat terjadi di Phu Ma Khuea dan Kuil Ta Muen Thom. Lokasi ini merupakan tempat pasukan Kamboja berusaha merebut kembali wilayah tersebut. Dampak tembakan roket BM-21 juga dilaporkan terjadi di area pemukiman warga.

Dukungan evakuasi terus dilakukan di seluruh wilayah. Otoritas setempat telah mendirikan 492 tempat penampungan sementara di empat provinsi, yang saat ini menampung 125.838 warga sipil. Sejumlah 22.580 pengungsi di Ubon Ratchathani, 45.914 orang di Sisaket, dan 51.781 di Surin.

Selain itu, ada 5.563 pengungsi di Buri Ram dan 75 titik evakuasi tambahan yang melayani 3.123 warga rentan, termasuk lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...