Ragam Strategi Pebisnis Tiket Hadapi Pandemi
Pandemi corona memukul beragam industri, termasuk hiburan. Startup penyedia layanan penyelenggaraan acara dan bisnis tiket, Loket.com pun terdampak.
Perusahaan mengatur strategi menjalankan bisnis, di tengah pembatasan mobilitas dan kerumunan massa selama pandemi.
Vice President Loket.com, Ario Adimas mengatakan penyebaran wabah Covid-19 mengkhawatirkan industri hiburan. Sebab, industri ini akan menjadi sektor terakhir yang dipulihkan ketika kondisi ekonomi mulai membaik.
“Jika terjadi collapse, industri hiburan akan sulit dibangkitkan. Industri ini akan menjadi yang paling terakhir dipulihkan, karena ini merupakan sektor tersier, ” ujar Ario dalam webinar Industry Roundtable, Jumat (11/9).
Menurutnya, saat ini Loket bisa dibilang sebagai e-commerce yang menjual pengalaman, baik itu event, atraksi yang sebagian besar bergerak di bidang hiburan atau wisata.
Dengan merebaknya pandemi dan diikuti pembatalan konser dan larangan kerumunan massa, banyak pelaku di industri pesimistis akan kondisi bisnisnya saat ini.
Data mengenai musisi yang paling sering mengadakan konser pada 2019 bisa dilihat dalam databoks berikut ini:
Meski demikian, Loket.com tak mau tinggal diam. Platform itu justru mampu menggaet audiens lebih banyak dengan menggelar event online.
Pada fase ini, dia menilai banyak hal positif yang didapat. Pertama, event atau konser online bisa menjangkau audiens yang lebih banyak. Kedua, biaya penyelenggaraan bisa lebih dipangkas dan proses perizinan tak begitu rumit.
Dengan begitu, terjadi efisiensi waktu dan keiginan content creator untuk membuat event terus meningkat. Alhasil, terbentuklah ekosistem online yang ternyata cukup masif.
"Loket yang berusaha tetap berdiri akhirnya panen. Ticketing yang terlambat memanfaatkan momentum collaps. Angka kami, event creation di Loket lebih tinggi dibanding target sebelum pandemi. Itu benar-benar break the moment," ujarnya.
Langkah lain yang perusahaan ciptakan di masa pandemi yakni Loket Live. Ini merupakan layanan komprehensif dalam satu platform yang mengintegrasikan manajemen tiket dan streaming video dengan dukungan teknologi GoPlay.
Sebagaimana event offline, Loket Live hanya memberikan satu link untuk setiap satu kali pembelian yang hanya bisa dipergunakan untuk satu perangkat. Dengan demikian, layanan ini akan sangat terasa eksklusif bagi penontonnya.
“Dalam dua sampai tiga bulan, lebih dari 100 konser musisi besar (digelar). Mungkin kalau offline pun, Loket sendiri tak sanggup,” ujar Ario.
Loket juga akan menyediakan lebih banyak event untuk kreator kecil dan menengah di segmen customer to customer (C2C) bagi para event. Sehingga siapa pun dapat tetap berkreasi dengan menyelenggarakan acara melalui Loket. Hanya bermodalkan web camera (webcam), tanpa membutuhkan pengikut yang banyak dan mahal, kreator dapat menarik penonton melalui Loket.
Loket berharap, strategi ini dapat berkembang menjadi hybrid event yang berkembang baik melalui media offline maupun online. Ketika pandemi Covid-19 berakhir, acara daring tidak hilang. Namun akan berintegrasi dengan luar jaringan (luring).
Sehingga acara dan konser yang ada dapat menjangkau lebih banyak orang, baik secara langsung maupun tak langsung. Harga tiket pun akan lebih bervariasi.
Optimisme bisnis sebelumnya diungkapkan Tiket.com. Chief Marketing Officer (CMO) Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, roda ekonomi mulai berjalan perlahan pasca-pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Alhasil, transaksi tiket, salah satunya dari penyelenggaraan event cukup meningkat. Awalnya, Tiket.com memperkirakan bahwa transaksi baru akan naik pada akhir tahun.
"Tapi ternyata Juni sudah lumayan. Ada live event kami buat. Lumayan bagus hasilnya," kata Gaery saat konferensi pers, Rabu lalu (7/7).
Transaksi pun terus meningkat hingga Juli. “Sekitar 20-25% mulai kembali," kata dia.
Untuk memaksimalkan transaksi, perusahaan berfokus menawarkan produk perjalanan untuk destinasi lokal.
"Saya rasa, untuk jarak jauh masih butuh waktu. Sekarang trennya local travelling distance," ujarnya.
Tiket.com juga membuat program standardisasi protokol kesehatan dan kebersihan, 'Tiket Clean" dengan menggaet 4 ribu mitra hotel. Ini dilakukan agar konsumen merasa aman dari risiko tertular virus corona.
Standardisasinya terdiri dari pengecekan suhu karyawan dan pengguna, kebersihan kamar dan fasilitas umum, serta memastikan ketersediaan desinfektan di lingkungan hotel.
Inovasi Teknologi
Di tengah keterbatasan akibat pandemi saat ini, teknologi memegang peranan penting dalam bisnis.
Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional Ilham Akbar Habibie mengatakan, perusahaan lebih banyak dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan tak memiliki alternatif selain menceburkan diri ke teknologi 4.0.
“Apa yang kita alami saat ini adalah cuplikan dari tahun-tahun mendatang. Kita harus berpikir, berkompetisi tiap detik,” ujar Ilham Habibie dalam kesempatan yang sama.
Namun bagaimana strategi mendorong pengusha agar mau terjun dan mengadopsi teknologi, menurutnya ini merupakan tatangan.
Pemerintah pun dinilai perlu turun tangan untuk memberikan pendampingan dan pembelajaran. "Aspek hands on itu penting sekali. Beri contoh nyata, membina sambil jalan," katanya.
Sementara itu, pakar pemasaran dan juga pendiri MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya mengatakan, dalam situasi krisis, tiap perusahaan yang bergerak di bidang industri perlu melakukan aspek surviving servicing (bertahan/melayani), preparing (bersiap), dan actualizing (melaksanakan) atau SIA.
“Kalau industri sedang down, maka perlu melakukan SIA. Tahun 2020 memang penuh dengan ketidakpastian,” ujar Hermawan.
Apalagi, perilaku konsumen semakin berubah selama pandemi. Sehingga siapaun pengusahanya, harus berinovasi dan menciptakan ide-ide kreatif di seluruh industri, baik yang sedang rugi ataupun untung.
Pandemi ini perlu dijadikan momentum untuk menemukan terobosan baru dan berkolaborasi. “Covid-19 ini suatu momentum. Ini zamannya berkolaborasi dengan semua orang,” katanya.